MAKASSAR, BKM — Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto mencanangkan sejumlah kegiatan cukup strategis di peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Selasa (2/5). Di hadapan ratusan guru dan kepala sekolah yang mengikuti upacara di halaman SMPN 13, Danny mengumumkan pada tanggal satu setiap bulannya, seluruh peserta didik, baik tingkat PAUD, SD, dan SMP wajib mengenakan pakaian adat.
“Pencanangan penggunaan pakaian adat bagi siswa PAUD, SD dan SMP sekali dalam sebulan setiap tanggal satu. Ini tidak lain salah satu dari 18 revolusi pendidikan, walaupun tidak ada perintah dari pusat,” kata Danny.
Selanjutnya, orang nomor satu Makassar itu mengaku ingin melihat seluruh guru punya performance yang menarik dan baik saat mengajar. Karena itu, dia berjanji akan menyiapkan uniform berupa setelan jas bagi para guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
“Guru harus punya performa baik dan menarik. Kalau perlu pakai jas. Tapi jangan guru yang beli. Carikan uangnya. Kalau bisa tahun ini di perubahan semua guru harus berpenampilan yang terbaik.
Setuju atau tidak? Saya mau guru di Makassar necis dulu. Guru enak dipandang. Nanti kalau ukur (baju) harus sesuai dengan potongannya. Jangan ada yang lombeng-lombeng. Saya sama Wawali punya urusan dari mana dananya,” kata Danny diiringi tepuk tangan bergemuruh oleh peserta upacara.
Pada kesempatan itu, Danny juga mengumumkan semua sekolah di Makassar jenjang SD dan SMP, harus menerapkan sistem numerik atau Gasing. Targetnya 193 ribu peserta didik diharapkan menjadikan para siswa menjadi anak cerdas, dibanggakan.
“Itu tidak lain agar kita menemukan cara mengungkapkan kecerdasan. Saya memiliki hipotesis bahwa anak-anak Makassar, siapapun dia ialah anak-anak cerdas tinggal bagaimana menemukan kecerdasan dengan sadar agar menemui jalanan yang baik bagi hidupnya,” ungkapnya.
Sejauh ini, Dinas Pendidikan sudah mulai program Gasing bersama 50 guru dan beberapa murid. Selanjutnya, ratusan ribu siswa ditargetkan tersentuh dengan program ini. Sementara, tahun depan juga harus sudah mulai dengan pendidikan belajar 10 tahun agar tidak ada anak-anak yang tidak sekolah lagi.
Yang paling penting, Danny mengumumkan akan membuat 20 sekolah modern di Makassar. Danny menginstruksikan agar tahun ini Dinas Pendidikan mulai mengalokasikan anggaran untuk pembenahan infrastruktur dan fasilitas sekolah.
“Ini ide dari Wakil Wali Kota dan Bunda PAUD. Tahun depan sebagian anggaran Pemerintah Kota Makassar akan disalurkan untuk pembangunan sekolah modern,” ujar Danny.
Ia menargetkan sebelum masa jabatannya berakhir, dirinya bersama Wakil Wali Kota Fatmawati Rusdi dan Bunda PAUD Indira, menyelesaikan pembenahan minimal 20 sekolah modern.
“Tahun ini saya sudah suruh desain sekolah-sekolah kita. Termasuk dengan fasilitas penuh. Saya ingin 2024 minimal pembenahan 20 sekolah bisa jadi,” harapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Makassar Muhyiddin Mustakim, mengatakan seluruh instruksi yang disampaikan wali kota akan segera ditindaklanjuti. Untuk konsep pembangunan sekolah modern misalnya, Disdik sudah akan melakukan perencanaan.
Ada beberapa sekolah yang sudah dibidik untuk disulap menjadi sekolah modern. Di antaranya SMPN 6, SMPN 7, SMPN 13, dan beberapa sekolah lain untuk jenjang SMP dan SD.
Dia mengatakan, konsep sekolah modern harus memenuhi delapan standar pendidikan. Mulai dari program smart class, sarana dan prasarana sekolah lengkap, laboratorium, sanggar seni, sarana olah raga, semua harus dipenuhi. “Kalau perlu dan memadai, akan dibangun kolam renang di sekolah modern,” ungkapnya.
Untuk penerapan medote Gasing, saat ini sudah sementara berproses dan akan semakin dimassifkan penerapannya di sekolah-sekolah.
Selanjutnya terkait penggunaan baju adat setiap tanggal satu, kata Muhyiddin, akan segera ditindaklanjuti dengan dibuat surat edaran untuk dilaksanakan.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi, mengatakan momentum Hari Pendidikan Nasional dijadikan sebagai ajang menghimbau para pendidik untuk menciptakan generasi cerdas dan unggul lewat 18 revolusi pendidikan yang dicanangkan dalam kepemimpinan Danny-Fatma.
Katanya, 18 revolusi pendidikan merupakan jawaban atas masalah yang dihadapi saat ini di dunia pendidikan. “Revolusi pendidikan ini dimaksud karena saya dan pak Wali Kota, Danny Pomanto
menginginkan perubahan drastis dalam waktu yang cepat dan tepat,” ucapnya.
Kata Fatmawati, poin pertama dari 18 Revolusi Pendidikan itu menekankan “Semua Anak Bisa Sekolah”. Dengan begitu tak ada lagi anak yang tidak dapat menikmati pendidikan atau anak Makassar putus sekolah lantaran tak mendapatkan jatah kursi di sekolahnya.
Karenanya, Fatmawati berharap agar pendidikan di Indonesia khususnya di Kota Makassar mampu mencetak generasi penerus yang tak hanya cerdas namun juga berbudi Pancasila. “Selain cerdas generasi juga harus memiliki jiwa dan mental yang berbudi pancasila. Dengan begitu anak-anak penerus kita bisa berpartisipasi aktif dalam memajukan bangsa,” harapnya.
Simbol Keberagaman
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel Setiawan Aswad mengatakan, program Merdeka Belajar bisa memberikan semangat bersama dan berjalan maksimal.
Ada tiga sentra pendidikan, kata dia. Mulai lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan itu sendiri. Semuanya memiliki peran masing-masing dan sangat dibutuhkan untuk mendukung peningkatan kualitas siswa.
“Kita harus bergerak bersama. Tidak hanya dari pemerintah, tapi juga lingkungan dan keluarga,” ujar Setiawan Aswad, kemarin.
Menurut Setiawan Aswad, perayaan Hardiknas dengan mengenakan pakaian adat oleh masing-masing siswa bertujuan untuk mengokohkan identitas nasional. Juga sebagai langkah mempertahankan jati diri bangsa.
“Para peserta yang melaksanakan upacara menggunakan baju adat itu merupakan simbol keberagaman yang kaya, serta kekokohan karakter tertuang didalamnya,” terangnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Sekprov Sulsel Andi Aslam Patonangi, menyampaikan harapannya yaitu sinergitas stakeholder dunia pendidikan di Sulsel secara khusus, bisa semakin maju dan berkualitas.
Ia menuturkan, untuk menyongsong masa depan yang kompetitif dan skill full harus pararel dengan pengokohan karakter.
“Bukan hanya pendidikan dalam konteks akademik saja, tetapi juga harus memperhatikan karakter kita sebagai bangsa Indonesia. Terkhusus untuk orang Bugis-Makassar, tetap menjunjung tinggi adat istiadat dan nilai kearifan,” ujar Aslam.
Tak hanya itu. Mantan Bupati Pinrang dua periode itu melanjutkan, kelengkapan ilmu pengetahuan juga mesti diperlihatkan melalui moral sebagai umat yang beragama.
“Dengan begitu sumber daya manusia yang paripurna akan tercipta,” harapnya. (rhm-jun)