MAKASSAR, BKM–Pemilu legislatif (Pileg) bukan hanya pertarungan antara partai politik (Parpol), para calon anggota legislatif (Caleg), namun juga pertarungan para ketua Parpol dalam menjaring dukungan atau suara dari masyarakat.
Perebutan kursi di daerah pemilihan (Dapil) Sulsel I yang meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan kepulauan Selayar diikuti oleh lima Ketua Parpol masing-masing Andi Ridwan Wittiri (ARW) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ashabul kahfi dari Partai Amanat Nasional (PAN), Imam Fauzan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) serta Syamsari Kitta dari Partai Gelora.
Empat Ketua Parpol ini harus berjuang ekstra untuk dapat meraih suara yang besar, termasuk jika harus mengalahkan petahana.
Tak hanya itu, namun partainya juga harus lolos dari ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold (PT) 4 persen.
Hasil Pileg 2019 lalu, meloloskan delapan politisi masing-masing Hamka Baso Kady dari Golkar, Aliyah Mustika Ilham dari Demokrat, ARW dari PDIP, Ashabul Kahfi dari PAN, Azikin Solthan dari Gerindra, dan Amir Uskara dari PPP.
Selain itu, juga ada H Haruna dari PKB serta Muhammad Rapsel Ali yang telah meninggal dunia.
Direktur Parameter Publik Indonesia (PPI) Ras M.D berpandangan, Dapil Sulsel I masuk kategori rawan bagi para petahana. Apalagi, kata dia, dua kursi telah “lowong” jauh sebelum pertarungan dimulai.
“Artinya, ada dua kursi yang dipastikan akan diisi oleh pendatang baru. Sedangkan enam kursi lainnya dalam status rawan. Apakah petahana masih tetap bisa mempertahankan atau kalah dari penantang,” ujar Ras.
Ras menilai, status sebagai petahana DPR RI bukan jaminan utuh bisa kembali terpilih. Dalam kondisi normal, paling tidak ada dua faktor besar petahana bisa dikalahkan.
“Faktor pertama mengenai kinerja. Faktor kedua yakni penantang yang penerimannya jauh lebih terbuka atau berstatus sebagai tokoh,” ujar dia.
Menurut Ras, sederetan calon penantang yang akan tampil berlaga di Dapil Sulsel Satu merupakan tokoh-tokoh politik berpengaruh. Apalagi mayoritas dari mereka dalam status sebagai pejabat publik.
Pengamat politik, Muhammad Asratillah menilai, dari komposisi Bacaleg yang ada maka tergambar posisi petahana memang tidak mudah.
“Dengan masuknya tokoh-tokoh politik terkenal, maka petahana mesti lebih giat dan kreatif lagi dalam mendulang suara,” ujar Asratillah.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto menilai hasil Pileg nanti sangat ditentukan oleh kesiapan masing-masing caleg.
“Strategi membangun struktur, partai, maupun tim pemenangan untuk menjalankan marketing politik mereka dengan menyiapkan mesin-mesin politik yang akan bekerja, baik di partai maupun di tim pemenangan. Kemudian membangun citra politik melalui strategi marketing dan branding politik yang tepat,”jelasnya. (rif)