pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Ada Sterilisasi Hewan Kesayangan, Juga Pelatihan Grooming

Pengabdian Masyarakat Prodi Kedokteran Hewan FK Unhas

MAKASSAR, BKM — Hadir sejak tahun 2010, Program Studi (Prodi) Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) telah menghasilkan banyak alumni. Bahkan ada di antaranya yang kembali mengabdi di almamaternya. Sejumlah program pengabdian kepada masyarakat juga dilaksanakan.

Tiga dosen dari Prodi Kedokteran Hewan FK Unhas hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, Kamis (15/6). Mereka adalah drh. Dian Fatmawati,M.Biomed, drh, Rini Amriani,M.Biomed, dan drh. Muh Zulfadillah Sinusi,M.Sc. Dian merupakan alumni pertama, sementara Rini dan Fadil lulus pada angkatan ketiga.

Dijelaskan drh Dian, untuk meraih gelar sarjana strata satu di Prodi Kedokteran Hewan, sama dengan di prodi lain Unhas, yakni kuliah selama kurang lebih empat tahun. Mereka yang telah selesai melanjutkan studinya akan mendapatkan gelar SKH (Sarjana Kesehatan Hewan). Setelah dapat gelar SKH, masih ada studi selanjutnya yaitu Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH). Ini dijalani kurang lebih tiga semester atau 1,5 tahun. Setelah menyelesaikan PPDH barulah seseorang bisa menyandang gelar drh (dokter hewan).

”Untuk alumninya, prospek kerjanya sangat luas sekali, seperti di bidang pendidikan bisa menjadi dosen atau peneliti seperti di BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional). Begitu pula di Peternakan Provinsi, kementerian, bahkan tersebar pada kabupaten di Sulsel dan seluruh Indonesia. Termasuk yang sedang marak di Kota Makassar adalah praktik mandiri atau buka klinik praktik dokter hewan,” ungkap Dian.

Sementara drh Rini menjelaskan, untuk saat ini Unhas mengharuskan alumni Kedokteran Hewan bergelar dokter hewan. Mereka pun mesti melalui pendidikan profesi usai meraih gelar sarjana S1. ”Jadi sama dengan yang di kedokteran untuk manusia yang punya koas untuk pendidikan profesi, di kedokteran hewan itu juga ada seperti itu,” ungkap Rini.

Sementara drh Fadil menerangkan, selain bidang yang erat kaitannya dengan hewan kesayangan manusia, mahasiswa di Prodi Kedokteran Hewan juga belajar tentang ternak besar seperti sapi, kambing, serta perunggasan, seperti ayam. Ada pula dosen yang fokus di bidang masing-masing.

”Kalau Dian di bidang interna, Rini ilmu-ilmu biosains, anatomi dan dasar-dasarnya. Kalau saya di bidang bedahnya. Untuk S1 pada ilmu-ilmu basicnya. Setelah itu fokus ke praktiknya,” terang Fadil.

Di bagian lain penjelasannya, drh Dian mengaku lebih fokus pada penyakit dalam untuk hewan. Namun, ia menegaskan bahwa sebenarnya dirinya bukan spesialisais, karena untuk saat ini di Indonesia masih dalam proses. Yang ada baru di luar negeri.

”Kalau untuk hewan kesayangan seperti kucing dan anjing, kemudian beberapa hewan eksotik, memang ada penyakit yang biasa menyerang. Ada yang sifatnya infeksius, non infeksius dan zoonosis. Penyakit yang terakhir ini harus diwaspadai karena menular ke manusia,” ungkap Dian.

Menuturnya, kerja-kerja dokter hewan berbeda dengan dokter manusia. Karena untuk manusia yang ada laki-laki dan perempuan dengan anatomi yang sama. Sementara di hewan cukup banyak spesiesnya dan antominya berbeda antara satu dengan yang lain. Karena itu, seorang dokter hewan harus selalu update dalam menggali ilmu. Sebab perkembangan ilmu pengetahuan terus terjadi dan tantangannya lebih luar biasa.

Selain jenis hewan yang dijelaskan sebelumnya, drh Rini menambahkan, termasuk pula hewan aquatik yang mempelajari ikan. Sementara yang di perunggasan, membahas dari segi manajemen kesehatan dan pemeliharaan. Misalnya manajemen kandang yang baik, sehingga menghasilkan ternak yang layak dikonsumsi manusia.

Fadil yang memilih bedah sebagai jalurnya, menyebut bahwa saat ini sudah berdiri Rumah Sakit (RS) Hewan di Jalan Sunu. Hadir sejak tahun lalu, RS ini melayani vaksinasi untuk hewan, ada pula rawat inapnya, operasi, bahkan juga hotel. ”Semua jenis pelayanan di rumah sakit ada di situ. Saya praktik bedah. Lumayan sering melakukan bedah,” imbuhnya.

Berbicara tentang hewan kesayangan, drh Dian menjelaskan bahwa di Indonesia angkanya saat ini mengalami peningkatan yang cukup besar. Bahkan di Sulsel, khususnya Makassar tergolong luar bisa. Sangat banyak masyarakat yang memiliki hewan peliharaan.

”Sangat unik sebenarnya. Beberapa owner tidak hanya menganggap binatang kesayangan sebagai peliharaan. Tapi lebih dari itu. Hewan seperti anjing, kucing, kelinci sudah menjadi member of familynya mereka. Bagian dari keluarga. Karena menganggap seperti itu, cara mereka menjaga hewannya sangat luar biasa pula. Dari segi kesehatannya dilakukan vaksinasi, pemberian obat cacing, dimandi. Pokoknya, owner mengusahakan dengan yang terbaik,” terang Dian.

Namun, problem tetap ada. Jika memelihara kucing dan anjing satu atau hingga lima ekor tidak masalah. Tapi bagaimana bila populasi terus meningkat. Karena anjing dan kuncing beda dengan manusia.

”Kalau manusia itu hamil selama sembilan bulan. Kalau kucing dua bulan sudah bisa melahirkan. Bukan hanya satu atau dua yang lahir. Jarak kebuntingannya juga pendek. Dalam satu tahun sangat banyak yang bisa dihasilkan. Dengan begitu pemiliknya akan ribet untuk memperhatikan masing-masing indivisu. Butuh biaya. Owner harus siap untuk tanggung jawab,” ungkap Dian.

Untuk mengantisipasi hal itu, lanjut drh Dian, dilakukanlah sterilisasi. Sebuah metode operasi yang disarankan oleh dokter hewan yang tergabung dalam WOAH (World Organisation Animal Health). Cara ini disebut sebagai satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menekan populasi melalui jalan pembedahan.

”Karena untuk proses pengurangan hormon seperti pada manusia tidak disarankan. Efeknya tidak seperti pada manusia. Bisa menyebabkan tumor mamae atau payudara, kanker dan infeksi pada rahim,” jelas drh Dian.

Sebagai yang punya spesialisasi bedah, drh Fadil menerangkan cara sterilisasi, yang dalam bahasa masyarakat dikenal dengan istilah kebiri. ”Pada jantan dilakukan operasi pengangkatan testis. Ini organ yang yang nenghasilkan sperma. Setelah diangkat, tidak ada lagi yang memproduksi sperma di tubuh si jantan. Sementara untuk betina langsung diangkat rahimnya secara total. Dengan begitu, walau dia kawin tidak bisa hamil,” ungkap Fadil.

Dampak positif dari sterilisasi ini, menurut drh Fadil, kucing jantan lebih kalem, pendiam, jarang keluar rumah, hingga jarang berkelahi. Juga bisa mencegah beberapa penyakit, seperti prostat.

Setelah melaksanakan program sterilisasi beberapa waktu lalu, tim dosen dari Prodi Kedokteran Hewan Unhas kembali melakukan pengabdian masyarakat. Memilih Kabupaten Pangkep sebagai lokasi, di sana diberikan pelatihan untuk grooming atau memandikan hewan peliharaan. Dengan kegiatan ini, diharapkan pemilik hewan peliharaan bisa memandikan sendiri hewan kesayangannya. (*/rus)




×


Ada Sterilisasi Hewan Kesayangan, Juga Pelatihan Grooming

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link