Site icon Berita Kota Makassar

PT KIMA Gandeng BRI-REI, Permudah Karyawan Perusahaan Beli rumah

MAKASSAR,BKM.COM–PT Kawasan Industri Makassar (KIMA) menjalin kerja sama dengan mitra dalam upaya memudahkan pekerja di perusahaan yang menjadi tenant untuk memiliki hunian. Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Real Estate Indonesia (REI) digandeng dalam merealisasikan program tersebut.

PODCAST perdana untuk kanal Berita Kota Makassar bersama PT KIMA, Jumat (23/6) menghadirkan tiga narasumber. Masing-masing Direktur PT KIMA RB Alexander C Irawan, Wakil Pimpinan Wilayah (Wapimwil) BRI Regional Makassar Andra, dan Ketua REI Sulsel Muh Sadiq.

Di awal siniar, Direktur KIMA Alex –sapaan akrab Alexander– menjelaskan bahwa forum ini sebagai ruangan berkolaborasi, edukasi, dan literasi. Memberikan value kepada masyarakat pada umumnya, dan tenant pada khususnya dalam berbagai hal. Di antaranya terkait dengan lingkungan hidup, ketenagakerjaan, investasi, peraturan daerah, pengelolaan sarana industri yang berhubungan dengan tenant. Termasuk sebagai sarana mempromosikan produk tenant dan mitra bisnis.

”Salah satu mitra bisnis yang kita hadirkan adalah BRI untuk memberikan sharing berbagai produk dan layanan BRI. Apa yang bisa diberikan kepada tenant. Transaksi keuangan kami sudah ditempatkan di BRI. Harapannya, BRI bisa memasarkan jasa layanannya kepada tenant sehingga semua bisa terintegrasi,” ujar Alex.

Wapimwil BRI Regional Makassar Andra, mengatakan pihaknya melihat bahwa KIMA ini sebagai sebuah kawasan yang terintegrasi. Ada semacam ekosistem di dalamnya, untuk diberikan benefit yang pas.
”Contohnya, ada beberapa tenant bisa dibantu dan difasilitasi smart billing. Bisa melakukan pembayaran kewajiban tiap bulan dengan mudah dan online,” terang Andra.

Selain itu, tidak dipungkiri pula bahwa di KIMA ada banyak pekerja. Mereka masing-masing butuh layanan perbankan. Kepada para karyawan itu bisa disedikan layanan mobile banking berupa BRImo, yang di Makassar penggunanya hampir mencapai satu juta. Layanan ini diperuntukkan bagi pengguna individual yang bekerja di perusahaan dalam KIMA.
”Yang tidak kalah pentingnya adalah di kawasan ini ada banyak tenant kuliner yang bisa difasilitasi dengan QRIS,” imbuhnya.

BRI juga mendesain suatu produk kebutuhan perumahan dengan REI melalui program FLPP, atau semacam rumah subsidi. Andra menyebut, program ini punya bunga sangat rendah, yakni 5 persen. Calon nasabah pendapatannya maksimal Rp8 juta.

Untuk bisa mendapatkan layanan ini, karyawan perlu didukung dengan bukti-bukti penghasilan. Status karyawan, baik kontrak dan semacamnya bisa diakomodir, sepanjang bisa dibuktikan dengan dokumen-dokumen sumber penghasilan. Tak terkecuali bagi mereka yang berstatus sebagai pekerja harian, dengan bukti sumber penghasilan dan keterangan dari tempatnya bekerja.

Untuk mekanismenya, mereka cukup melengkapi persyaratan dokumen, identitas diri, sumber penghasilan, lokasi maupun status rumah yang akan dibeli. Ada pula dokumen pendukung dari perusahaan. ”Persyaratannya mudah saja. Kami juga akan jemput dokumen masing-masing calon nasabah,” jelasnya.

Kepala Divisi Bisnis Operasi PT KIMA Imran Yamin, mengatakan hunian bersubsidi ini penting untuk disampaikan ke karyawan perusahaan yang ada di KIMA. Ia kemudian mengambil contoh pelaksanaan pameran tahun 2018 yang dikerjasamakan dengan REI.

”Kegiatan itu sangat menarik. Bahkan sejumlah karyawan menyampaikan terima kasihnya karena memberi tempat bagi mitra untuk berpameran. Karena mereka menganggap inilah kesempatan untuk memiliki rumah,” ungkap Imran.

Di ajang ini PT KIMA dan REI memberi ruang kepada karyawan perusahaan dari tenant yang ada. Sebuah kisah diungkap Imran, bahwa seorang karyawan mengaku sejak tahun 1993 menyewa tempat atau kos di kolong rumah di pinggiran KIMA. Pada saat berlangsung pameran di tahun 2018 ia akhirnya bisa membeli rumah.
”Terus terang saya bahagia karena dia sudah punya tempat tinggal layak. Hal itulah yang menjadi motivasi bagi kami agar program yang sama bisa dilaksanakan. Ini sekaligus kontribusi KIMA terhadap karyawan perusahaan yang ada di sini,” terangnya.

Dia lalu mengestimasi, satu perusahaan yang bergerak di bidang industri perikanan berupa cold storage. Mereka banyak yang bekerja secara borongan. Walau begitu, dari tahun ke tahun mereka selalu ada di situ. Pekerja inilah yang bisa disasar dan menjadi target untuk mendapatkan rumah bersubsidi.

Imran juga menyampaikan masukan yang diperolehnya dari pegawai perusahaan terkait harga rumah subsidi, yang pada tahun lalu harganya Rp156 juta, sekarang naik Rp168 juta. ”Rumah subsidi ini dianggap tidak punya DP (down payment). Tapi setelah mereka berinteraksi dan mengurus untuk membeli rumah, pada akhirnya didapati pembayaran di awal itu agak besar. Mulai dari provisi, biaya notaris dan beberapa pembayaran lainnya. Jumlahnya bisa mencapai Rp29 juta. Harusnya ini disampaikan sedari awal kepada calon pembeli dari karyawan perusahaan di KIMA, supaya mereka tidak merasa diiming-imingi DP 0,” jelas Imran.

Hal itu direspons oleh Ketua REI Sulsel Muh Sadiq. Ia menerangkan bahwa harga rumah bersubsidi sudah ditetapkan oleh pemerintah, dengan DP hanya 1 persen. Bahkan karena inginnya pemerintah agar rakyat memiliki rumah, disediakan subsidi bantuan uang muka.

”Terkadang memang ada aturan ikutan untuk pembayaran. Misalnya PPh, BPHTB, perbankan ada biaya provinsi dan administrasi. Kalau untuk asuransi ditanggung oleh pemerintah, seperti asuransi kebakaran dan kredit. Kalau kreditnya macet akan diganti oleh pemerintah. Sehingga tidak ada alasan bagi bank untuk tidak menyalurkan kredit kepada masyarakat, karena sudah terproteksi dari mana-mana,” kata Muh Sadiq.

Ia juga menyinggung telah pelaksanaan pameran yang merupakan kerja sama KIMA dan REI tahun 2018. Hasilnya ternyata di luar ekspektasi. Dari target sebesar Rp5 miliar hingga Rp10 miliar, ternyata angkanya mencapai Rp30 miliar lebih. Hal ini menandakan bahwa mereka butuh rumah.

”Yang menarik adalah anggapan mereka selama ini membeli rumah itu susah, padahal sebenarnya mudah. Gambaran mereka harus ke bank untuk mengurus, sebenarnya tidak begitu. Mereka maunya tinggal di mana, pengembang jemput mereka di waktu senggangnya untuk melihat lokasi. Karena itu, saat pameran ada bus yang mengantar mereka dari tempat pameran ke lokasi perumahan,” jelasnya. (*/rus)

Exit mobile version