Site icon Berita Kota Makassar

Pembuktian Mahasiswa UINAM Bisa Bersaing

MAKASSAR,BKM.COM–TIDAK banyak mahasiswa yang mampu berbahasa Arab dengan fasih. Apalagi sampai berani untuk mengikuti debatnya, bahkan sampai pada level nasional. Namun, Faisal S Sangaji dan Manal membuktikan kalau mahasiswa perguruan tinggi keagamaan dari Indonesia Timur mampu bersaing dengan rekannya yang ada di pulau Jawa.

FAISAL dan Manal adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM). Bedanya, Faisal yang berasal dari Ternate, Maluku Utara sudah duduk di semester delapan dan tak lama lagi merengkuh gelar sarjana Strata Satu (S1). Sementara Manal yang berasal dari Soppeng, sementara kuliah di semester empat.
Hadir menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar, keduanya bercerita tentang keikutsertaannya pada ajang Debat Bahasa Arab Olimpiade Agama, Sains, dan Riset (Oase) Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) II Tingkat Nasional yang diselenggarakan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di event ini
Menurut Faisal, sebelum terpilih mewakili kampus pada kancah nasional, terlebih dahulu dilaksanakan seleksi individu tingkat universitas. Hasilnya, Faisal dan Manal yang terpilih untuk berlaga pada tingkat nasional.
”Kami sebelumnya sudah saling kenal karena satu jurusan. Kemudian dari hasil seleksi, sama-sama terpilih untuk mewakili kampus,” ujar Faisal yang diamini Manal.
Faisal menuturkan, untuk konteks debatnya, awalnya ia belajar secara otodidak. Namun untuk belajar bahasa Arabnya, ada beberapa kajian yang disediakna oleh lembaga internal kampus, misalnya HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan).
Yang lebih mendukung lagi, karena sebelum kuliah, Faisal tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Khaerat Ternate. Di sana ia sudah pernah mempelajarai dasar-dasar bahasa Arab. Selanjutnya dikembangkan di aspek kalamnya atau speakingnya ketika kuliah.
Sementara Manal yang lahir di Mekkah, Arab Saudi, begitu fasih berbahasa Arab. Karena bahasa itu digunakan dalam percakapan sehari-hari. Apalagi ia pernah belajar dan bersekolah di Arab. ”Jadi kalau untuk bahasa Arabnya sudah terbiasa,” tutur cewek berhijab ini.
Tentang teknis debat, baik Faisal maupun Manal mengakui sama dengan debat lainnya. Tak hanya tentang agama, tapi ada juga pembahasan tentang politik, ekonomi dan persoalan lainnya. Hanya dari segi bahasanya, karena semuanya menggunakan media bahasa Arab untuk menyampaikan argumentasi.
Babak penyisihan ajang dilaksanakan secara virtual lewat zoom. Mereka yang lolos langsung ke babak final. Ada 50 perguruan tinggi Islam yang ikut ambil bagian dalam debat. Faisal dan Manal berhasil masuk lima besar.
Ajang debat bahasa Arab tingkat nasional ini merupakan yang pertama kali bagi Manal. Sementara Faisal sudah sering mengikuti ajang serupa. Bahkan pernah meraih juara dua pada level regional Indonesia Timur.
Walau masih tergolong baru ikut lomba debat, Faisal memberi apresiasi terhadap Manal yang menjadi tandemnya. ”Dari bahasanya, Manal bagus dan sudah tidak diragukan lagi,” imbuhnya.
Sebelum keduanya berangkat untuk bertanding, beberapa mereka sempat berlatih. Keduanya menyusun strategi tentang argumentasi yang akan disampaikan untuk masing-masing topik. Semuanya disesuaikan dengan topik yang kemungkinan akan muncul di babak final.
Yang menarik, topik yang hendak dibahas baru dibagikan dua jam sebelum lomba dimulai. Sementara untuk pro kontranya dibagi 20 menit sebelum lomba. Artinya, Faisal dan Manal hanya memiliki waktu 2 jam untuk mencari argumentasi tentang topik yang telah ditentukan.
Faisal menjelaskan bahwa dalam debat bahasa Arab, sesuai pengalamannya ketika ikut bertanding, ada beberapa mekanisme ataupun tahapan serta komponen yang wajib ada dalam argumentasi dari si pendebat. Pembicara pertama misalnya, menjelaskan pengertian dari tema dan topiknya. Menyampaikan tujuan dan secara umum tentang topik tersebut.
Ditanya tentang perasaannya ikut lomba, Faisal yang sudah berpengalaman mengaku masih sempat nervous dan grogi. Tapi hal itu berusaha dikelolanya dengan baik agar tidak terlalu memengaruhi pembicaraan.
”Apalagi kita dapat yang kontranya. Di awalnya cukup berat pada posisi ini. Tapi Alhamdulillah bisa dilewati,” ungkap Faisal.
Faisal yang pada Oase I sampai ke babak final namun tidak masuk nominasi, menyampaikan motivasi terbesarnya ikut dalam ajang ini. ”Selama ini, kalau untuk debat bahasa Arab, Indonesia Timur masih ketinggalan. Kami ingin membuktikan kalau dari Indonesia Timur pada konteks debat bahasa Arab kini bisa bersaing dengan teman-teman yang ada di daerah Jawa,” terang Faisal.
Sementara Manal, ia termotivasi berkat dukungan dari teman-teman dan keluarga. Ia yang awalnya sempat ragu untuk ikut, mendapat support dari orang tua. Dirinya pun berusaha memanfaatkan kesempata yang ada dan akhirnya mencatatkan prestasi. (*/rus)

Exit mobile version