pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Raih Prestasi Musik Tingkat Nasional, Tepis Aksploitasi

Kisah Gibran dan Rahmat, Anak-Bapak yang Pengamen

MAKASSAR,BKM.COM–KISAH inspiratif kembali tersaji di kanal Youtube Berita Kota Makassar. Berkat kekompakan seorang anak dengan bapaknya yang pengamen, ia mampu berprestasi di bidang musik pada tingkat nasional.

MUH Takbir Gibran nama anaknya. Ia yang akrab disapa Gibran adalah seorang pelajar kelas I SMA dan musisi. Sementara bapaknya bernama M Rahmat A. Pria yang biasa disapa Mamat ini merupakan pengamen sekaligus menjadi pelatih bagi putranya. Keduanya menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube BKM.
Sederet prestasi telah diraih Gibran ketika duduk di bangku SD dan SMP. Koleksi penghargaan dan piala yang diperolehnya mencapai angka 50 lebih. Rinciannya, ketika SD ada 40-an penghargaan. Lebih banyak dari bidang menyanyi. Sementara ketika SMP ada 10-15 penghargaan. Gibran juga peraih juara I lomba O2SN SMP tingkat provinsi di bidang musik, khususnya gitar.
Sebagai ayah, Mamat mengaku bangga dan terharu dengan raihan prestasi putranya itu. ”Kalau biasa kulihat fotonya kadang saya menangis sendiri. Terharu melihat perjuangan anakku,” ungkap Mamat.
Ia mengisahkan, Gibran awalnya hanya ikut-ikutan ngamen. Hingga akhirnya coba main festival dan lomba menyanyi.
”Biasa ikut lomba dan tidak dapat juara. Setelah itu sudah dapat juara meski masih harapan. Buahnya, dengan terus melakukan hal yang disukai dan ada di rel, jalan itu akhirnya dapat,” kata Mamat.
Diakuinya, Gibran banyak mengenal anak-anak sanggar. Bahkan kadang diajak sama-sama nongkrong. ”Hampir semua komunitas di Makassar kami sama. Mereka itu banyak menghasilkan anak-anak yang berhasil. Gibran ada di dalam di situ,” ujarnya sambil menyebut CSC, yang merupakan singkatan dari Cesar Singing Course.
Menurut Mamat, anaknya Gibran tergolong lucu. Cara belajar bermusiknya cuma melihat dan mendengar pada saat di lokasi. Ia baru mempratikkannya ketika berada di rumah.
”Di CSC itu banyak anak-anak dengan bakat menyanyi dan modeling. Mereka kalau latihan langsung ke panggungnya. Di situ ada pelatihnya. Biasanya saya minta saran dari pelatihnya apa kelemahan Gibran. Oleh teman-temannya, anak saya ini dijuluki jago curi ilmu,” tuturnya.
Diakui Gibran, ia banyak mendapatkan ilmu dari pengalaman ketika ngamen bersama bapaknya. Dia memulai di usia 10 tahun. Namun waktui itu belum tahu bernyanyi. Baru sebatas memainkan pianika.
”Awalnya hanya ikut-iku bapak kalau ngamen. Waktu itu usia 10 tahun. Belum bisaka menyanyi. Alat musik yang kupelajari baru pianika,” terangnya.
Mamat berkisah, di awal ikut dengan dirinya, Gibran biasanya memainkan melodi dengan pianikanya. Sementara Mamat bermain gitar dan menyanyi.
”Gibran masih sedikit lagu yang dia tahu. Pengunjung akhirnya sampai bosan. Mereka bilang kenapa itu terus lagumu. Tidak adamikah itu lagumu. Saya biasa jawabmi begini; itu saja penjual coto setiap hari cotoji najual,” kata Mamat sambil tertawa.
Seiring berjalannya waktu dan menyadari bakat yang dimiliki anaknya, Mamat mengikutkan Gibran untuk kursus keyboard di salah satu tempat di Makassar. Kemampuan bermusiknya pun terasah di tempat ini. Setelah mendapat bayangan tentang kemampuan putranya, Mamat kemudian mendorongnya untuk ikut lomba.
”Pertama ikut tidak dapat juara. Lama-lama akhirnya dapat. Setelah itu ikut lomba tingkat nasional dan juara juga,” imbuhnya.
Di tengah keterbatasan ekonomi, Mamat pun cara sendiri mencari panggung bagi Gibran. ”Biasanya kalau saya selesai ngamen, biasa saya ajak dia pergi ke kafe. Beli minuman mineral atau segelas kopi. Saya biasa tawarkan supaya Gibran menyumbang lagu. Dari situ kemudian dia mulai dikenal, bahkan sampai sekarang,” tambah Mamat.
Gibran yang dulunya sebatas menyumbang lagu, sekarang bisa sepanggung dengan mereka yang dulu mengiringinya. Bahkan satu job. Gibran pun bisa punya band dengan personel yang usianya di bawah 20 tahun. Mereka telah menjuarai festival besar di Makassar.
Ditanya tentang anggapan eksploitasi anak dengan melibatkan Gibran ngamen, Mamat punya jawabannya. ”Pernah ada orang yang ngomongnya cukup keras ke saya. Dia bilang, kau itu ekspolitasi anakmu karena ajak mengamen. Saya jawab, apa bedanya Gibran dengan artis cilik yang ada di Jakarta. Coba telusuri dulu apakah anakku nilai rapornya jelek. Anakku sekolah di SD Mangkura. Nilainya tidak jelek, juga tidak terlalu bagus. Bahkan dia banyak mengukir prestasi untuk membawa nama baik sekolahnya. Saya dan Gibran selalu berusaha menyeimbangkan antara ngamen dan sekolah. Itu yang masih kami pegang sampai sekarang. Karena apa yang kami lakukan ini tidak salah,” tandas Mamat. (*/rus)




×


Raih Prestasi Musik Tingkat Nasional, Tepis Aksploitasi

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link