×
Connect with us

Sulselbar

Senang Berbagi Cinta, Awalnya Dikira Penculik Anak

Rahman Rumaday, Founder Komunitas Anak Pelangi

-

MAKASSAR,BKM.COM–”BERBAGI itu cinta. Bagi kami, cinta itu tidak memiliki definisi. Tetapi cinta yang terdapat dalam filosofi alif di Al-Qur’an itu adalah bagaimana menyatukan yang terputus,” ujar Founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) Rahman Rumaday.

HADIR menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar , Rahman menuturkan bahwa komunitas yang didirikannya lahir di bulan Agustus 13 tahun selam. Nama pelangi dipilih, karena ia biasa muncul menyertai hujan dengan berbagai warna dan menciptakan keindahan tersendiri.
”Itulah yang memotivasi kami. Bahwa ada berbagai macam kategori manusia dalam kehidupan ini. Mulai dari orang menengah ke bawah, menengah ke atas, dan seterusnya. Mereka masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Mungkin orang yang menengah ke atas punya kelebihan, orang yang menengah ke bawah punya kekurangan. Di situlah kemudian tadi hadirlah cinta seperti alif itu. Menyatukan yang terputus, yang dari bawah, yang menengah ke bawah, menyambung ke yang menengah ke atas,” ungkap Rahman.

K-Apel, menurut Rahman, lahir dari kegelisahan bahwa kita harus bertindak terhadap kondisi sosial yang ada. Prinsipinya, kalau bukan kita siapa lagi yang bisa melakukan itu. ”Alhamdulillah, di usia yang 13 tahun ini, sedikit banyaknya kami sudah melakukan sesuatu untuk orang-orang yang membutuhkan,” imbuhnya.
Dalam menyukseskan program yang disusun, para relawan bergerak ke dalam. Sementara volunteer datang dari berbagai kampus di Makassar. Mulai dari Unhas, UNM, dan Unismuh, serta beberapa kampus lain yang membantu dalam menggerakkan komunitas.

”Karena kami yakin bahwa kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh kolaborasi dengan para pegiat sosial, dermawan, dan lain sebagainya untuk kemudian saling bahu membahu dalam membantu sesama,” terangnya.
Ditanya tentang latar belakang pendidikannya, Rahman menyebut dari Ilmu Pemerintahan. Lalu kenapa kemudian memilih terjun ke kegiatan sosial.
”Bagi saya, antara keduanya sangat nyambung sekali. Ilmu pemerintahan itu kan sebenarnya ilmu yang mengelola bagaimana kemudian berjalannya sebuah pemerintahan yang baik.
Demikian pula dalam dunia sosial, bagaimana mengelola bagaimana konflik sosial yang terjadi di masyarakat itu bisa kita kelola dengan baik dan menjadikannya sebagai peluang bagi masyarakat yang mungkin selama ini kita anggap belum memiliki keberuntungan seperti yang lainnya,” jelas Rahman.

Ketertarikannya pada akti sosial, diakui Rahman, sudah ada sejak duduk di bangku SMA. Hal itu sesuai dengan pesan dari orang tua. ”Membantu sesama itu tidak perlu menunggu sampai kita punya sesuatu yang cukup , atau tidak perlu menunggu sampai kita punya kemampuan yang cukup. Sekalipun untuk air putih kita berikan, itulah bagian dari cara kita membantu orang lain,” ujarnya menirukan pesan dari orang tua.
K-Apel yang berpusat di Parangtambung dan besar di sana, juga memiliki binaan di Maccini Sombala. Di dua kelurahan itu menjadi untuk membina masyarakat.
Mulai dari usia Taman Kanak-kanak hingga lanjut usia (lansia).
Ada pula di wilayah pulau. Termasuk di lereng gunung wilayah Tanralili, Kabupaten Maros . Kemudian di salah satu desa di Kabupaten Takalar.
Tentang program K-Apel, Rahman menyebut di bidang pendidikan dan pemberdayaan. Di antaranya Like (Literasi, Kemanusiaan, dan Ekonomi), Liqu (Literasi Qur’an), Laju (Literasi Anak Juara) .
Untuk program Like, menurut Rahman, lebih pada bagaimana pemberdayaan masyarakat.
Fokus kepada kemandirian pola pikir. Lalu kemudian melangkah ke kemandirian ekonomi.
”Nah, selama ini kan orang melihat pemberdayaan itu adalah lebih pada bagaimana memiliki kecukupan dalam hal ekonomi.
Tapi kami balik. Bahwa kita mulai dari bagaimana kemandirian pola pikir masyarakat. Karena dari situ masyarakat bisa memiliki daya kritis, memiliki kemampuan berpikir, memiliki kemampuan untuk bersaing.
Itu berawal dari kemandirian pola pikir dan pengetahuan tadi. Dari situ dia bisa mendiri dengan cara berpikirnya sendiri. Mampu mandiri dengan kreativitas tangannya sendiri,” jelasnya.
Tentang Luqu, lanjut Rahman, lebih fokus kepada bagaimana mendalami Al-Qur’an.
Tidak sekadar mempelajari. Sebab banyak hal yang bisa didapatkan. Seperti tentang ilmu pengetahuan, kemudian tentang ekonomi, semua ada di situ.
”Sehingga biasanya mereka tidak sadar sudah lancar mengaji, tapi dia tidak memahami tentang bagaimana isi Al-Qur’an itu sendiri. Hanya cukup pada sudah lancar mengaji, berarti sudah tahu mengaji. Tidak. Tapi banyak hal yang bisa kita gali dari Al-Qur’an itu sendiri. Dan bisa kita lakukan,” katanya.
Untuk Laju, fokusnya pada anak-anak. Program ini dimaksudkan untuk memotivasi anak-anak tentang pentingnya pendidikan. Juga pentingnya belajar untuk mendapatkan masa depan yang baik. Berbagai macam edukasi dilakukan. Misalnya yang sederhana saja, anak-anak diminta menulis tentang hari ini dan masa depan seperti apa.
”Siapa saya hari ini dan siapa saya di masa akan datang.
Kau tuliskan itu. Kau tuliskan, Insyaallah dari situ kemudian akan berawal tentang siapa saya nanti di masa akan datang kau melakukannya,” ungkap Rahman.
Dari apa yang dilakukannya selama ini, Rahman mendapati kisah haru dari ibu-ibu. ”Semua ibu-ibu saya minya tuliskan apa cita-citanya terhadap anaknya. Atau apa cita-cita terhadap dirinya? Atau cita-cita tentang masa depannya seperti apa? Ada yang menuliskan tentang suatu saat nanti saya punya rumah seperti ini. Bahkan dia gambarkan. Punya halaman luas, punya ruang tamu, punya ruang istirahat keluarga, punya kamar dan sebagainya, punya warung di sampingnya.
Dan Alhamdulillah itu terwujud,” terangnya.
Ada juga yang menggambarkan anaknya jadi sarjana dengan memakai toga gitu. Hasilnya, ada anaknya yang berhasil meraih gelar sarjana.
”Bahkan saya ajarin mereka kalau setelah menggambarkan itu semua, tempellah di depan cermin. Karena di situlah tempat yang paling sering kita temui. Di situlah akan terwujud dengan sendirinya bahwa suatu saat saya seperti ini.
Aan alhamdulillah beberapa yang terbukti terwujud seperti ini. Sampai-sampai ada yang datang sama saya, terima kasih banyak Pak. Sampai menangis-menangis,” bebernya.
”Bahkan ada yang bilang, Pak, suatu saat saya mau naik pesawat. Saya bilang, tuliskan saja itu dan doakan suatu saat kita akan naik pesawat. Alhamdulillah terwujud. Saya bawa mereka dengan suami dan sekaligus.
Bawa dia ke Jakarta untuk sekolah anaknya,” tambahnya.
Apa yang diraih Rahman bersama K-Apel saat ini, bukan tanpa kendala. Salah satunya Rahman pernah dikira seorang penculik anak. Termasuk fintah yang ditujukan kepadanya. Hal itu terjadi di awal ia merintis komunitas ini. Namun, semua itu berhasil dilaluinya hingga K-Apel bisa ekses hingga sekarang. (*/rus)

Share

Komentar Anda

Populer Minggu ini