MAKASSAR, BKM–Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak ingin terburu buru memutuskan dukungannya kepada bakal calon presiden (Bacapres) maupun bakal wakil presiden (Bacawapres).
Hal ini setelah Dewan Pembina PSI, Raja Juli Antoni dan Grace Natalie memberikan keterangan pers usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin (4/9).
“Jadi kami sekali lagi, tegak lurus pada Pak Jokowi dan saya kira nanti sikap akhir PSI akan merefleksikan sikap Pak Jokowi, Insyaallah.”ujar Raja Juli Antoni.
Sementara Grace Natalie mengungkapkan bahwa PSI masih terus berkomunikasi dengan Parpol lainnya. Artinya komunikasi dengan parpol di kubu Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto. Termasuk yang ada di kubu Anies-Muhaimin dan kubu baru yang mungkin terbentuk, Sandi-AHY.
“Ya semua masih mungkin. Nah ini kan kemarin pemberitaannya juga kayaknya judul-judulnya banyak yang salah tuh karena di Kopdarnas kemarin ada yang memberitakan katanya PSI resmi membatalkan dukungan (ke Ganjar). Padahal kan nggak ada kata-kata itu. Yang sebenarnya adalah belum sampai ke konklusi akhir, masih berproses.
Ya semua masih berproses, belum final, sabar,”ujar Grace Natalie.
Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis Perspektif (LKSP), Jakarta Andre Vincent Wenas mengapresiasi langkah PSI.
”
Benar apa yang selama ini dilakukan PSI, fokus saja pada Pileg untuk memastikan bisa masuk Senayan (DPR). Syaratnya mesti di atas batas ambang parlemen (parliamentary threshold) yang 4% itu.
Sedangkan untuk Pilpres, tunggu dulu, sampai batas akhir pendaftaran (November 2023),”ujar Andre Vincent Wenas, Selasa (5/9)
Menurutnya, saat ini situasi masih berkecamuk dan membingungkan. Ya Bacapresnya maupun kombinasi dengan pasangan Bacawapresnya.
Drama sinetron, istilah dari Pak Jokowi, yang nampaknya tepat untuk menggambarkan atraksi politik yang sedang berlangsung akhir-akhir ini. Bisa mengejutkan dan tak terduga sebelumnya, diiringi kisah sedih serta kecewa bagi sebagian pihak.
“Segala manuver politik sedang berlangsung, makanya duduk tenang dan amati dengan cermat. Jangan buru-buru jatuhkan bom pilihan, apalagi dibumbui semangat “meng-kafir-kan” mereka yang beda pilihan politiknya,”ucapnya.
Untuk urusan Pilpres berkembang dinamis kombinasinya. Dua kubu, tiga kubu dan sekarang berkembang jadi empat kubu.
Semua masih kemungkinan, masih belum pasti, walaupun sudah pake salaman plus deklarasi segala. “Selama belum sampai ke batas akhir di KPU maka semuanya masih tentatif.
Bisa saja sekarang foto pelukan sambil bertekad untuk berjalan beriringan, berjuang bersama. Namun besok sore sudah duduk termenung dengan muka manyun. Sementara anak buah sibuk merobek-robek baliho lalu meng-upload-nya ke akun tiktok atau instagramnya.
(rif)