pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Program Dinas TPH-Bun Butuh 100 Juta Bibit Pohon Pisang

MAKASSAR, BKM — Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Sulsel, Imran Jauzi gerak cepat menindaklanjuti hasil Rapat Koordinasi (Rakor) Gemar Menanam Pisang, yang di Toraja Room Kantor Gubernur Sulsel, Makassar Jumat (22/9) lalu.

Imran mulai menyusun strategi pembagian bibit.
Menurutnya, bibit pisang harus disediakan sampai jutaan jika ingin menanam 100 ribu hektar.

“Jadi, jika kita mendapatkan 100 ribu hektare dikali 1.000 berarti kita membutuhkan 100 juta bibit pisang,” ujarnya.

Ia menjelaskan, ada dua opsi dalam pengadaan bibit pisang ini. Pertama, sumber bibit dibeli dari Bogor, Lampung, atau di Medan. Kedua, bibit ini bisa diproduksi melalui kultur jaringan. Metode ini yang akan memproduksi massal, bahkan sampai jutaan

“Tetapi, kultur jaringan ini membutuhkan juga waktu yang lama dan harus membangun laboratoriumnya terlebih dahulu,” lanjutnya.

Untuk itu, Pemprov Sulsel sudah mempersiapkan sistem kultur jaringan ini. Rencananya, Pemprov Sulsel akan bekerja sama dengan perguruan tinggi.

“Kita akan membantu laboratorium kultur jaringan. Kita sebenarnya memiliki laboratorium ini, hanya kapasitasnya kecil. Hanya bisa sepuluh ribu atau dua puluh ribu bibit dalam setahun,” kata Imran Jauzi.

Lebih lanjut ia menjelaskan, lahan yang telah diidentifikasi adalah lahan yang selama ini tidak terpakai dan dimiliki aset Pemprov Sulsel. Sekitar 150 sampai 200 hektare yang sudah bisa dimaksimalkan. Sebaran lahan ini mulai dari Soppeng, Bulukumba, Maros, dan Bone.

“Ini akan kita maksimalkan sebagai lahan pisang. Nantinya akan dijadikan sebagai kebun percontohan. Jadi masyarakat sekitar bisa melihat langsung cara menanam pisang dengan baik,” kata Imran Jauzi.

Selanjutnya, lahan masyarakat juga disiapkan. Tersedia 480 hektare lahan masyrakat dari sembilan kabupaten/kota yang menyatakan siap. Selain itu, ada juga yang pinjam pakai seperti lahan di BTPN untuk jangka pendek. Rencananya, dipinjamkan 200 hektare untuk ditanami, namun tetap dimonitoring dan evaluasi.

“Mereka juga harus mengajukan proposal dan harus dilihat lahannya. Karena setiap bantuan dari pemerintah itu harus berbasis kelompok tani dan kita pastikan kelompoknya betul-betul ada,” jelas Imran Jauzi.

Selain itu, juga harus dibuatkan buku panduan karena ini bersifat massal.

“Untuk itu, kita mengundang para akademisi, mitra-mitra kerja TPH-Bun selama ini, untuk membantu pembuatan buku panduan tersebut. Sehingga itulah yang menjadi SOP-nya,” jelas Kadis TPH-Bun.

“Target kita di bulan pertama adalah melakukan pemetaan lahan Pemprov, masyarakat. Setelah itu, kita melakukan identifikasi sumber ketersediaan bibit pisang apakah dibeli di Bogor, Lampung, Yogya, atau di Medan karena kita belum mampu memproduksi. Tapi, Insyaallah tahun depan kalau sudah lengkap laboratorium kultur jaringan, ngapain lagi beli,” sambungnya.

Setelah itu, lanjut Imran, dilakukan edukasi pola tanam dan bisnisnya ke kelompok tani. Kemudian, para penyuluh nanti akan dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang menanam pisang seperti pelatihan lapangan dan bimtek. Selanjutnya, disiapkan lahan dan pola cara tanam dan ini harus tuntas di awal musim hujan nantinya. Untuk pemasarannya, secara lokal dan ekspor. Sedangkan jenis pisang yang banyak diminati adalah cavendish, kepok tanjung, dan emas dalam bentuk buah segar. Nantinya juga akan dilakukan pemberdayaan UMKM seperti kripik pisang dan tepung pisang (makanan bayi).

Baru-baru ini Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin didampingi Bupati Maros Chaidir Syam, meninjau perkebunan warga yang ada di Desa Toddopulia, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Desa ini berstatus sebagai desa definitif dan tergolong pula sebagai desa swasembada dan masuk dalam klasifikasi desa berkembang. Di sini, pisang juga ditanam di kebun
warga. Komoditi ini juga menjadi program Bahtiar terkait penguatan ketahanan pangan melalui program Gerakan Gemar Menanam Pisang. Melalui gerakan bersama ini, semua elemen bisa terlibat, dan pemerintah provinsi bisa memastikan bahwa untuk penyediaan bibitnya nanti disuplai secara gratis.
Pemprov menargetkan di tahap awal ini 100 ribu hektare yang akan dikembangkan sebagai areal komoditi tanaman pisang. Pisang menjadi penting, karena selain sebagai pemenuhan konsumsi masyarakat lokal, juga memenuhi kebutuhan pasar ekspor yang sangat terbuka lebar dan dibutuhkan dalam jumlah banyak.

“Permintaan dari luar negeri juga masih sangat besar,” katanya.
Dari sisi budidaya juga tidak sulit. Dengan pendukung infrastruktur di Sulsel termasuk untuk ekspor langsung. Komoditas ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

“Kalau pisang ditanam di Sulsel nilai ekonomisnya tinggi, kita ada pengiriman langsung ke luar negeri,” sebutnya.

Komoditi pisang ini cukup familiar dengan masyarakat Sulsel. Karena hampir semua bahan-bahan kue tradisional Sulsel menggunakan bahan dasar pisang. Bukan hanya buahnya tapi bagian lain pisang juga memiliki manfaat, seperti daunnya.

“Selain usia yang pendek sudah produktif. Ini juga familiar bagi masyarakat. Selain untuk bahan pembuatan kue, juga untuk jus dan variasi lainnya,” imbuhnya.

Bahtiar optimistis dengan gerakan ini, nantinya mampu membawa dampak yang sangat luas, yang tidak hanya dari penguatan sisi kekuatan tanaman pangan tapi juga dari sisi penguatan ekonomi masyarakat.

“Boleh dikatakan gerakan menanam untuk kemandirian ekonomi,” ujarnya.

Ia berharap agar program ini didukung penuh oleh pemerintah kabupaten/kota yang tentu tidak hanya dalam hal penyiapan lahan, sarana dan prasarana, tapi juga dari sisi penganggaran.

“Selain dari Pemprov, daerah juga membantu melalui APBD-nya,” imbuhnya. (jun)


Share


Komentar Anda