MAKASSAR, BKM — Krisis air bersih di Makassar semakin meluas. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, kekeringan yang memicu krisis air bersih bertambah dua kecamatan. Sehingga jumlahnya kini mencakup 10 kecamatan.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar Achmad Hendra Hakamuddin menerangkan, sebelumnya wilayah yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih ada delapan kecamatan. Yakni Kecamatan Ujung Tanah, Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Bontoala, Panakkukang, Manggala, dan Makassar. Namun per Jumat (20/10), bertambah dua kecamatan lagi, yakni Wajo dan Tamalate.
Untuk Kecamatan Wajo, wilayah yang terdampak adalah di sekitaran Jalan Butung, Kelurahan Mallimongan.
“Dampak dari kekeringan ini, bertambah lagi dua kecamatan yang krisis air bersih. Yakni Kecamatan Wajo dan Tamalate,” ungkap Achmad Hendra saat dihubungi BKM, kemarin.
Dia menyebutkan, total penduduk yang terdampak krisis air bersih hingga saat ini sebanyak 162.995 jiwa atau 48.184 kepala keluarga (KK). Hingga saat ini, BPBD Makassar bekerja sama PDAM sudah menyalurkan air bersih ke wilayah-wilayah yang membutuhkan sebanyak 8.082.501 liter.
Bukan hanya warga, sejumlah layanan publik juga sudah terkena dampak krisis air bersih. Salah satunya di Puskesmas.
Achmad Hendra mengatakan, pihaknya menerima laporan terkait krisis air bersih di sejumlah Puskesmas. Di antaranya Puskesmas Tamalanrea, Layang, Tamamaung, dan Puskesmas Kapasa.
“Laporan yang masuk, di Puskesmas tersebut, tidak ada air sama sekali. Mereka terpaksa membeli air untuk memenuhi kebutuhannya. Namun kita sudah upayakan untuk mendistribusikan air bersih ke sana,” kata Achmad Hendra.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Makassar dr Nusaidah Sirajuddin mengakui memang ada beberapa puskesmas yang butuh air bersih. Terutama Puskesmas yang berada di wilayah Utara dan Timur Makassar.
“Kami sudah menginformasikan ke seluruh puskesmas untuk segera melaporkan jika ada yang butuh air bersih supaya segera kami koordinasikan dengan BPBD,” kata wanita yang akrab disapa dr Ida ini.
Bukan hanya Puskesmas, salah satu pusat perbelanjaan yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Mal Nipah terpaksa tutup pada Jumat (20/10) kemarin akibat krisis air bersih.
Property Management General Manager Kalla Land & Property Richard Abraham menjelaskan,
manajamen menutup sementara pusat perbelanjaan Mal Nipah. Namun penutupan hanya berlangsung selama sehari yakni pada hari ini, Jumat (20/10/2023). Selanjutnya, pada Sabtu (21/10/2023), mal akan kembali beroperasi seperti biasa.
Pengumuman ini telah disampaikan oleh pihak manajemen melalui flyer di media sosial. Dalam flyer ini, pihak manajemen menyampaikan bahwa penutupan operasional ini karena terbatasnya suplai air bersih menyusul kemarau panjang.
“Nipah Park memutuskan untuk mengambil langkah menyikapi kondisi krisis air bersih tersebut dengan melakukan penutupan sementara operasional Nipah Mall selama satu hari pada hari ini, Jumat 20 Oktober 2023,” kata Richard, kemarin.
Tindakan menutup operasional mal, lanjut Richard, merupakan bentuk upaya preventif demi kenyamanan seluruh tenant dan pengunjung setia Nipah Mall. Penutupan ini tentunya harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
“Manajemen juga tetap mengoptimalkan dan melakukan beberapa upaya serta langkah-langkah strategis guna memenuhi kebutuhan air bersih di Nipah Mall, antara lain melakukan koordinasi dengan aparatur setempat, dalam hal ini PDAM,” kata Richard.
Saat ini, Manajemen Nipah Mall juga sedang mengisi air bersih melalui tangki-tangki yang telah disiapkan untuk kebutuhan air bersih selanjutnya. Richard pun meminta dukungan masyarakat agar masalah ini dapat segera diatasi.
“Mohon doa bapak dan ibu dan teman-teman media sekalian sekiranya kita dapat melalui krisis cuaca ini, dan semoga Tuhan menurunkan hujan yang bermanfaat,” imbuhnya. (rhm)