MAKASSAR,BKM.COM–SEBELUM melewati sebuah sungai, kita tidak akan mengetahui kedalamannya. Begitu pula kalau sebelum kita mencoba sesuatu sebelum melakukannya, kita tidak akan tahu sebenarnya apa rintangan di depan. Jadi, untuk sampai ke sana, kita harus melewatinya dari tahap awal. Tidak ada yang langsung di finish.
ANDI Herli, Putra Kebudayaan Nusantara mengungkap hal itu ketika menjadi tamu siniar untuk kanal Youtube Berita Kota Makassar. Ia hadir bersama Putri Kebudayaan Nusantara Nirmah Putri Sari. Saat ini Herli berusia 21 tahun. Tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muslim Indonesia (UMI). Sementara usia Nirmah 20 tahun. Merupakan mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Makassar (UNM).
Pada 14-18 September keduanya mengikuti ajang pageant yang dilaksanakan di Jakarta. Mereka mewakili Sulsel pada ajang pemilihan Putra Putri Kebudayaan Nusantara.
Public speaking yang dimiliki menjadi pertimbangan sehingga keduanya terpilih. Mereka mengaku mendapatkan keterampilan berbicara dari pengalaman.
Sebelum mengikuti ajang Putra Putri Kebudayaan Nusantara, Hirli mengaku pernah mengikuti sejumlah event, baik akademik maupun non akademik. ”Karena saya di jurusan kesehatan, jadi sering mengikuti lomba promosi kesehatan. Kita memang lebih cenderung pada kegiatan edukasi kesehatan,” ungkap Hirli.
Sebagai mahasiswa peminatan promosi kesehatan, Hirli pernah mengikuti lomba video untuk mengedukasi masyarakat. Sementara untuk non akademik, aktif mengikuti ajang pemilihan duta.
Siapa sangka, ketika duduk di bangku SD, SMP, dan SMA Hirli seorang yang introvert. Hal itu berubah ketika ia mulai terjun di dunia pageant pada saat kuliah pada tahun 2021.
”Mungkin karena didikan orang tua lebih berfokus ke akademik. Misalnya ikut les,” terang Hirli.
Orang tua mulai tahu aktivitasnya di dunia pageant di tahun 2022. Dia yang sejak awal disuruh untuk fokus kuliah, akhirnya mendapat dukungan setelah melihatnya berprestasi. ”Sekarang orang tua bilang ikut saja. Alhamdulillah,” imbuhnya.
Kisah berbeda datang dari Nirmah. Ia merupakan alumni pesantren dari tingkat SMP dan SMA. Jarang keluar dari asrama dan merupakan hijabers. Tidak pernah ikut lomba fashion.
”Cuma lomba-lomba di sekitar pesantren saja. Dulu juga menjabat sebagai ketua di organisasi pesantren, kayak OSIS,” ujarnya.
Duta Kampus menjadi event pageant pertama yang diikutinya. Awalnya dia merasa penasaran hingga akhirnya mencoba. ”Dari situ kayaknya bagus untuk cari pengamalan,” imbuhnya.
Bagi Herli dan Nirmah, pertama kali terpilih ikut ajang pemilihan ke tingkat nasional menjadi sesuatu yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Mereka pun mengaku kaget. Apalagi setelah bertemu dengan peserta lain yang merupakan putra putri terbaik dari masing-masing provinsi.
Nirmah punya strategis sendiri untuk bersaing dengan peserta lainnya, yakni rajin bangun pagi. Aktivitas seperti ini bertujuan untuk melatih disiplin.
”Karena yang pertama pasti orang lihat dari kita adalah kedisiplinan dulu. Bagaimana kita mampu mengatur waktu kita, bagaimana kita bisa konsisten dengan waktu yang sudah ditentukan. Jadi harus lebih menunjukkan diri bahwa kita memang orang yang siap untuk berkompetisi,” ungkap Nirmah.
Persiapan lain yang dilakukan adalah advokasi. Masing-masing peserta ditunjuk untuk memiliki advokasi. Yang dipilih adalah advokasi terhadap anak jalanan. Karena mereka memang kurang dalam mendapatkan pendidikan.
Selain itu, juga turun langsung ke panti asuhan untuk bersosialisasi tentang kebudayaan. Disampaikan bahwa di Sulawesi Selatan memiliki banyak kebudayaan, yang lebih mengarah pada karakter pesan orang tua dan anak-anak. (*/rus)