MAKASSAR, BKM — Sebanyak 90 dokter hewan lingkup Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat telah menyelesaikan pelatihan profesional pengembangan tenaga kesehatan hewan garis depan yang diinisiasi oleh Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) dan Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership (IARMCP). Pelatihan ini dibagi dalam tiga gelombang (batch) yang dimulai pada bulan November 2023 dan gelombang terakhirnya dilaksanakan pada tanggal 20-23 Februari 2024 di Unhas Hotel & Convention Makassar.
Sebagai penyelenggara pelatihan di lingkup Sulselbar, Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin memprioritaskan dokter hewan pemerintah daerah sebagai peserta pelatihan. Selain itu, beberapa dokter hewan praktisi swasta juga dilibatkan dalam pelatihan ini.
“Banyaknya wabah penyakit pada hewan ternak yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, seperti penyakit mulut dan kuku dan penyakit Jembrana di Sulselbar, telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Oleh karenanya, dokter hewan lapangan perlu dibekali dengan kemampuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan merespons wabah penyakit sedini mungkin,” ujar Ketua Prodi Kedokteran Hewan Dr. drh. Dwi Kesuma Sari, APVet.
Menurut Dwi, pelatihan serupa digelar secara serentak di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Kupang, dengan institusi pendidikan tinggi sebagai penyelenggaranya. Secara nasional, 23 batch pelatihan akan meluluskan 690 dokter hewan sebagai investigator wabah penyakit.
Selain itu, kampus-kampus juga menyelenggarakan pelatihan serupa kepada 480 mahasiswa pendidikan profesi dokter hewan untuk membekali mereka dengan kemampuan teknis epidemiologi lapangan.
Setelah menyelesaikan pelatihan, diharapkan para dokter hewan lapangan mulai dari Kabupaten Kepulauan Selayar di Sulawesi Selatan hingga Kabupaten Pasangkayu di Sulawesi Barat dapat menerapkan dan mengajarkan keterampilan yang telah mereka miliki di daerah masing-masing. Wabah penyakit dapat melintasi batas-batas administratif daerah sehingga kolaborasi pasti diperlukan untuk menyehatkan ternak sebagai sumber protein hewani masyarakat Indonesia. (rls)