MAKASSAR, BKM — Sulawesi Selatan merupakan sentra jagung di Indonesia. Sentra jagung di Sulsel dibagi dalam dua sektor yakni sektor barat dan sektor timur serta satu daerah peralihan.
Sektor barat meliputi Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Maros, Pangkep, Barru, Parepare dan Selayar.
Sedangkan sektor timur mencakup Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Sidrap dan Pinrang.
Selain dua sektor tadi, ada juga daerah peralihan. Daerah peralihan meliputi Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Palopo, Tator, Toraja Utara dan Enrekang.
Menurut Ketua Komda Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Sulawesi Selatan, Dr.Ir.Syahrir Akil,S.Pt, IPU, Asean Eng, semua sektor di atas merupakan daerah penyuplai jagung untuk kebutuhan peternak dan pabrik pakan (feedmill) di Sulawesi Selatan.
“Di Sulsel terdapat 7 feedmill dengan kapasitas produksi pakan sebanyak 1.580.000 MT/tahun. Kebutuhan jagung untuk feedmill sebesar 50%, maka kebutuhan jagung rata–rata sebesar 790.000 MT/tahun,” jelas Dr. Syahrir Akil, Rabu (13/3/2024).
Kondisi saat ini di Sulsel, kata Syahrir, sudah mulai panen raya jagung. Oleh karena itu seluruh feedmill memaksimalkan serapan jagung yang ada dari petani jagung untuk memenuhi kebutuhan pabrik pakan yang beberapa saat terakhir ini kekurangan jagung. Kadar air jagung yang di terima bervariasi mulai dari 15 – 35 % .
“Adapun rata – rata pembelian harga jagung dengan kadar air 17 % adalah Rp.4600 Per Kg. Harga beli jagung dari feedmill dibandingkan dengan harga acuan yang telah ditetapkan oleh BAPANAS, masih lebih tinggi harga beli dari feedmill. Dimana untuk kadar air 17 % harga acuan BAPANAS sebesar Rp. 4200 Per Kg,” tutup Syahrir. (rls)