MAKASSAR, BKM — Manajemen Rumah Sakit (RS) Bhayangkara menepis tudingan dugaan terjadinya malapraktik. Hal itu menyusul maraknya beredar informasi di sejumlah platform media. Klarifikasi disampaikan dalam rilis yang dilaksanakan di Mapolda Sulsel, Sabtu (6/7).
Dalam penjelasannya, Sekretaris Tim Komite Medik RS Bhayangkara Makassar dr Ham F Susanto, mengatakan pihak Rumah Sakit Bhayangkara sebagai rumah sakit yang terakreditasi paripurna telah melakukan langkah-langkah konkrit, yakni audit medis terhadap kejadian yang dilaporkan. Selanjutnya telah dilakukan klarifikasi dan audiensi dengan Aliansi Pemerhati Kesehatan dan menunjukkan kepedulian terhadap keluarga almarhuma Nurfitriyanti dengan bersilaturahmi dan menunjukkan empati.
Tentang berita yang beredar di berbagai platform media yang menyebutkan telah terjadi penolakan pasien oleh pihak rumah sakit ketika hendak dirawat pada tanggal 24 Juni, berdasarkan hasil audit medis yang dilakukan pihaknya menyimpulkan bahwa tidak terjadi penolakan pasien yang dilakukan oleh RS Bhayangkara Makassar. “Sebaliknya, pasien yang datang pada tanggal 24 Juni 2024 diterima dan dirawat di ruang perawatan medis pada hari itu juga,” ujar dr Ham.
Merespons informasi yang mengatakan telah terjadi penundaan jadwal operasi oleh pihak rumah sakit, dalam kesempatan konferensi pers tersebut ia menegaskan bahwa dari hasil audit medis dengan melakukan investigasi lebih jauh dari pihak komite medis, pihaknya berkesimpulan jika pasien telah dioperasi dengan jadwal yang ditentukan.
“Pasien masuk rumah sakit tanggal 12 Juni dan dijadwalkan operasi tanggal 13 Juni 2024 pukul tujuh pagi. Sehingga berdasarkan hal tersebut, ditambah dengan prosedur-prosedur serta audit yang telah dilakukan yakni pelaksanaan SOP tentang kasus ini, kemudian tentang diagnosis kerja yang dilakukan oleh dokter dapat disimpulkan bahwa tidak ada dugaan malapraktik dalam kasus ini,” jelasnya.
Dugaan malapraktik mencuat diduga dialami pasien bernama Nurfitriyanti. Ia masuk RS Bhayangkara dengan keluhan panas dingin (demam). Dari hasil USG diterangkan ada batu empedunya. Dia sempat dipulangkan karena kondisinya sudah membaik, namun kembali lagi ke RS karena penyakitnya kembali kambuh.
“Jadi setelah masuk ke perawatan, dirawat setelah operasi itu, pasien sempat dipulangkan karena kondisi sudah lebih baik. Tapi selanjutnya seminggu setelahnya disuruh kontrol namun tidak datang,” ungkap dr Ham.
Selanjutnya, pasien kembali diantar keluarganya dua hari setelah tak kontrol. Ia disebut datang dengan kondisi yang sudah lebih berat sehingga langsung ditangani. ”Dalam perjalanannya, pasien mengalami yang disebutka sebagai shock sepsis, di mana infeksi kuman yang berada yang menjadi penyebab itu menyebar luas ke seluruh tubuh. Keadaan ini membuat kondisi pasien melemah dan menurun,” jelas dr Ham lagi.
Pada saat itu juga pasien dipindahkan dari kamar inap ke ruang ICU. “Segala upaya telah dilakukan, tetapi memang dalam perjalanan penyakit komplikasi shock dari penyakit yang ada sebelumnya itu memang salah satu yang menyebabkan hal yang fatal, dalam hal ini kematian,” pungkasnya. (yus)