MAKASSAR, BKM — Tim AmB delegasi Universitas Hasanuddin pada Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) mengembangkan riset inovasi penghantaran obat melalui rute inhalasi dengan sistem Nanostructured Lipid Carriers-Dry Powder Inhaler (NLCs-DPI) untuk pengobatan Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA).
ABPA merupakan penyakit infeksi paru-paru yang disebabkan oleh jamur Aspergillus Fumigatus dan sering dijumpai pada penderita asma, yang memperburuk kondisi penderita asma. Menurut World Health Organization (WHO) bekerja sama dengan Global Asthma Network, jumlah kasus penyakit asma di dunia mencapai 334 juta, dengan komplikasi ABPA mencapai 2,5 persen. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2021 tercatat sebanyak 336.200 kasus penyakit ABPA.
Hingga saat ini, pengobatan ABPA adalah dengan menggunakan Amphotericin B (AmB). Namun, terdapat berbagai masalah dalam pengantaran obat AmB menuju paru-paru, sehingga diperlukan suatu riset untuk mengatasi hal ini.
Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa Universitas Hasanuddin yang terdiri dari Florensia Dana Carla B (Farmasi), Ananda Fachriza (Farmasi), Muh Taufik Umar (Farmasi), Jhosua Entho Unawekla (Farmasi), dan Waode Ainun Anggraini (Kedokteran) melakukan riset dengan judul Pengembangan Pulmonary Drug Delivery Amphotericin B berbasis Nanostructure Lipid Carrier dalam Bentuk Dry Powder Inhaler Sebagai Inovasi Pengobatan Allergic Bronchopulmonary Apergillosis.
Riset ini didanai oleh Belmawa dan dikompetisikan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Riset dilakukan di bawah bimbingan Prof. Andi Dian Permana, S.Si., M.Si., PhD., Apt., dan dilaksanakan sejak 20 April 2024 hingga sekarang di Laboratorium Farmasetika, Laboratorium Biofarmasi, dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Unhas.
Ketua tim AmB Florensia Dana Carla B, mengatakan bahwa pengembangan penghantaran AmB langsung ke paru-paru dengan rute inhalasi dapat mengurangi efek samping dan degradasi obat pada saluran pencernaan. Ia juga menuturkan bahwa AmB akan dienkapsulasikan ke dalam Nanostructure Lipid Carrier (NLSc), yaitu suatu sistem yang tersusun atas lipid padat dan lipid cair. Sistem ini mampu memuat obat lebih banyak. Kemudian dibuat dalam bentuk Dry Powder Inhaler (DPI).
“Selain itu kami juga formulasikan AmB-NLCs ini ke dalam bentuk Dry Powder Inhaler atau serbuk kering yang memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan sediaan obat cair,” ujarnya.
Salah seorang anggota Ananda Fachriza, menjelaskan bahwa tim telah melakukan tahapan riset sistematis, dimulai dari pengembangan dan validasi metode analisis dan akan dilanjutkan pada tahap uji farmakokinetika secara in vivo. Tim juga telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan berbagai tahapan riset yang ada.
Kelima mahasiswa tersebut tetap berusaha semaksimal untuk menyelesaikan riset hingga akhir. Tim AmB berharap inovasi yang mereka kembangkan dapat berkontribusi sebagai landasan teori dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan, dan dapat menjadi inovasi penghantaran obat pada penderita Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis. (rls)