MAKASSAR, BKM–Provinsi Sulawesi Selatan mendapat ancaman kebakaran lahan dan hutan yang cukup tinggi.Apalagi, memasuki mmusim kemarau ditandai cuaca panas menjadi salah satu penyebab munculnya kebakaran.
Dari data Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DPLH) Provinsi Sulsel mencatat seluas 5.424,85 hektar hutan dan lahan di Sulsel dalam ancaman kebakaran.
DOKUMEN RISIKO KAJIAN BENCANA NASIONAL SULSEL 2022-2026:
-Wilayah yang berpotensi banjir yaitu Makassar, Wajo, Luwu Utara, Barru, Pangkep, Luwu dan Bone.
-Wilayah rawan gelombang tinggi Selayar, Takalar, Bulukumba, Pangkep, Barru, Parepare dan Jeneponto
-Wilayah potensi terjadinya puting beliung yakni Selayar, Takalar, Makassar, Maros, Luwu Timur, dan Wajo.
-Wilayah yang memiliki bahaya gempa bumi yaitu Selayar, Luwu Timur, Pinrang dan Luwu Utara.pungkasnya.Baca juga:
Hal ini disampaikan Kepala DPLH Sulsel, Andi Habis Nur. Ia menyampaikan data 2023 itu menunjukan bahwa ancaman kebakaran hutan dan lahan jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan untuk perbaikan.
“Sebagaimana diketahui saat ini Pemprov Sulsel diperhadapkan pada kondisi ancaman lingkungan yang sangat mengkhawatirkan seperti ancaman kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2023, luas kebakaran hutan dan lahan 2023 di provinsi Sulsel seluas 5.424,85 hektar, jadi cukup besar dibanding dengan kemampuan kita melakukan perbaikan kalau kita berdasarkan pada APBD Pemprov Sulsel yang hanya 500 hektar,” kata Hasbi di Hotel Claro, Selasa (16/7).
Menurutnya, kondisi seperti ini justru memberikan warning bahwa hutan dan lahan di Sulsel dalam ancaman. “Kalau seperti itu kecenderungannya semakin rusak kita punya lahan,” jelasnya.
Pemprov Sulsel kata dia, sangat menyadari bahwa pembangunan dan pola sumber daya alam sangat membutuhkan strategi pembangunan yang seimbang antara tujuan peningkatan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan dokumen risiko kajian bencana nasional Provinsi Sulsel tahun 2022-2026, wilayah yang memiliki potensi wilayah banjir yaitu Makassar, Wajo, Luwu Utara, Barru, Pangkep, Luwu dan Bone.
“Sementara daerah rawan gelombang tinggi Selayar, Takalar, Bulukumba, Pangkep, Barru, Parepare dan Jeneponto,” sebutnya.
Selain itu, untuk wilayah potensi terjadinya puting beliung yakni Selayar, Takalar, Makassar, Maros, Luwu Timur, dan Wajo. Sementara daerah yang memiliki bahaya gempa bumi yaitu Selayar, Luwu Timur, Pinrang dan Luwu Utara.
“Jika ancaman tersebut tidak dikelola secara baik terukur, terarah dan berkelanjutan tentunya akan memberi dampak negatif bagi kehidupan masyarakat hal ini menjadi perlu mendapat perhatian terutama dampaknya sudah mulai terasa khususnya pada petani, nelayan dan masyarakat,” terangnya.
“Mereka butuh sistem penyanggah dan kapasitas adaptif yang memadai,” pungkasnya.(jun)