MENJELANG pilkada serentak, masyarakat harus waspada terhadao upaya adu domba yang bisa berdampak pada perpecahan. Secara teori, politik adu domba atau divide et impera adalah kombinasi strategi politik yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan.
Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Hal ini bisa dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga dapat merusak kerukunan masyarakat. Oleh karena itu para pemilih harus waspada dan hati-hati dalam menerima segala bentuk informasi.
Politik adu domba juga merupakan strategi untuk memicu perselisihan antara kelompok satu dan kelompok lainnya sehingga terjadi perpecahan. Politik adu domba terkenal sebagai salah satu strategi kolonialisme yang paling berhasil dalam upayanya menguasai nusantara.
Pada perhelatan pilkada, yang paling signifikan adalah pembunuhan karakter. Dalam konteks adu domba, hal ini mengacu pada penyebaran informasi palsu atau menyesatkan dengan sengaja untuk merusak reputasi tokoh atau partai politik.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan jika hoaks merupakan pembunuhan karakter dan bisa memengaruhi persepsi pemilih. Pembunuhan karakter dilakukan dengan menyebarkan cerita yang dibuat-buat atau dibesar-besarkan, yang secara negatif menggambarkan karakter, etika, atau kemampuan kandidat. Tujuannya adalah untuk menciptakan atau memperbesar keraguan di kalangan pemilih mengenai kesesuaian individu yang dituju untuk menduduki jabatan tertentu. Di sisi lain, hoaks juga bisa melemahkan kepercayaan terhadap lembaga pemilihan secara signifikan.
Selain itu, hoaks juga dapat mengganggu aspek operasional pilkada, seperti pada penyebaran informasi yang salah mengenai tanggal dan lokasi pemungutan suara. Misalnya, dapat menyebabkan kebingungan di kalangan pemilih itu sendiri.
Dampak dari adu domba ini sangatlah besar. Penyelenggara harus menekankan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi, terutama jika sumbernya tidak jelas. Untuk itu, setiap kandidat pada ajang pilkada harus mengimbau kepada seluruh basis pendukungnya agar senantiasa menjaga kondusifitas pemilihan kepala daerah yang akan dilaksanakan.
Sebab penyebaran hoaks bisa membuat masyarakat menjadi skeptis terhadap semua sumber informasi, termasuk media, pemerintah, dan lembaga resmi. Hal ini dapat mengacaukan kemampuan masyarakat dalam membedakan antara fakta dan fiksi. (yus)