MAKASSAR, BKM — Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Makassar periode 2023-2025 melaksanakan kegiatan sosialisasi TB (Tuberculosis) dalam rangka Health Education Festival SMAN 12 Makassar menjadi lokasi kunjungan keenam dari tim PD IPM Kota Makassar.
Bertempat di taman dan lapangan SMAN 12 Makassar, Kamis (10/1), sosialisasi diikuti 1000 peserta didik dan perwakilan dari ekstrakulikuler seperti OSIS, Pramuka, Paskibra, PMR dan siswa lainnya. Kegiatan ini disambut hangat Kepala SMAN 12 Makassar. ”Kita itu harus pintar dan sehat biar ekonomi meningkat,” ujar Ketut.
Disampaikan pula bahwa ini pertama kali ia melihat IPM Makassar menjadi tim sosialisasi pada aspek kesehatan, dan itu sangat membanggakan. Tak lupa Ketut berpesan kepada IPM Makassar untuk terus berada di garda terdepan dalam memperbaiki kesehatan masyarakat pelajar.
Ketua Umum PD IPM Makassar Ashabul Kahfi, menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan guna menyosialisasikan lebih luas terkait persoalan kesehatan. ”Selain itu, melalui kegiatan ini kami berharap siswa dan siswi bisa lebih mengenal jauh terkait persoalan IPM,” katanya.
Kegiatan sosialisasi dilanjutkan dengan pemaparan materi dari PD IPM Makassar oleh Tis’a Mukarromah Arfsal selaku Ketua Bidang Kesehatan dan juga TIM pengelola program TBC. Ia menjelaskan tentang gejala TB, ciri-cirinya, sasaran yang sering terkena penyakit TB serta cara pencegahannya.
”TB itu penyakit yang tidak hanya menyerang paru-paru tapi juga tulang, kulit, otak dan kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus microbakterium TBC,” terangnya.
Disebutkan pula bahwa TB merupakan salah satu penyebab kematian yang sering terjadi pada anak. Anak lebih berisiko untuk menderita TB berat, seperti TB milier dan meningitis TB, sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian pada anak.
”Anak sangat rentan terinfeksi TB, terutama yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif. Anak dengan infeksi TB saat ini menunjukkan sumber penyakit TB di masa depan,” jelas Tis’a.
Diakui, beban kasus TB anak di dunia tidak diketahui karena kurangnya alat diagnostik yang child-friendly, dan tidak adanya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB Anak. Diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak mendapatkan penanganan yang benar.
Lebih dari 1 juta kasus baru TB anak setiap tahun. Pada 2010, terdapat 10 juta anak menjadi yatim piatu akibat orangtuanya meninggal karena TB.
Kegiatan sosialisasi diakhiri dengan sesi tanya jawab dan melakukan screening untuk semua peserta didik. Harapannya, dengan adanya kegiatan sosialisasi terkait TB ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan peserta didik tentang penyakit yang menular ini dan bisa mencegahnya. (mg2)