SINJAI, BKM — Calon gubernur Sulawesi Selatan nomor urut satu Mohammad Ramdhan Pomanto prihatin ketika melihat infrastruktur yang ada di tempat pelelangan ikan (TPI) Lappa yang terletak di Kabupaten Sinjai, Jumat (14/10). Dalam agenda blusukan tersebut Danny berinteraksi langsung dengan para nelayan dan pemilik kapal untuk mendengarkan keluhan, serta memahami persoalan yang mereka hadapi dalam industri perikanan.
Kunjungan ini bertujuan untuk mencari solusi nyata guna meningkatkan kesejahteraan nelayan dan mendorong harga ikan yang kompetitif. Apalagi pasangan Danny Pomanto-Azhar Arsyad (DIA) memiliki visi-misi membawa perubahan nasib bagi nelayan dan petani.
“TPI Lappa ini aset Pemprov. Saya melihat di sini ikannya berskala restoran karena memang ukurannya untuk restoran. Seperti yang saya dengar di sini resto Makassar mengambil ikan di sini. Saya menyaksikan sendiri dari kapal dan turun ke pedagang. Sistem transaksinya juga saya tanyakan, siapa yang beli. Karena ini menyangkut program kami. Jika terpilih, Pemprov tentunya akan membeli hasil laut jika tidak terserap di pasaran,” ucap Danny.
Salah satu masalah yang disoroti Danny adalah kondisi pasar yang dikeluhkan pedagang dan pembeli, yaitu sirkulasi udara yang tidak terlalu bagus. Padahal, menurutnya, kenyamanan aktivitas di dalam pasar perlu diperhatikan.
Ia mencontohkan banyaknya TPI percontohan di negara lain. “Saya pernah lihat di Jepang. Di sana itu langsung dipacking. Kita juga harus perhatikan kualitas airnya,” ungkap Danny.
Selain itu, Danny juga melihat kurangnya es pada kapal pembawa ikan di TPI Lappa. “Esnya tadi itu agak kurang. Kita tahu es itu menentukan kualitas bakteri pada ikan. Kalau esnya sedikit bakteri pada ikan itu akan banyak dan ikan akan membusuk,” terang Danny.
Selain sirkulasi udara, infrastuktur TPI Lappa juga jadi sorotan. Ia melihat geliat ekonomi di tempat ini sangat tinggi, namun belum didukung dengan infrastruktur yang mumpuni.
“Tadi saya serap keluhan nelayan. Infrastruktur jadi hal yang disoroti. Banyak ibu-ibu menjual di sini. Artinya, suaminya itu punya pekerjaan lain. Jadi kita bisa menilai perputaran ekonomi sangat besar di sini. Apalagi kalau infrastruktur sudah diperbaiki,” tandasnya.
Setelah ke TPI Lappa, Danny mengunjungi Pasar Sentral Sinjai yang lokasinya tidak terlalu berjauhan.
Sehari sebelumnya, Danny Pomanto menerima gelar adat Puto Lipung Daeng Mana’i. Gelar tersebut diberikan langsung oleh Ketua Adat Ammatoa saat Danny melakukan kunjungan ke Tanah Adat Kajang, Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Kamis (24/10).
Puto Lipung Daeng Manai memiliki arti yang sangat bagus, yakni disukai banyak orang. Dan merupakan doa langsung dari Amma Nai’ yang merupakan pengharapan agar rakyat Sulsel bersatu.
Pemberian gelar ini bukan sekadar nama, namun warga Ammatoa, Kajang ini menilai Danny merupakan sosok yang mempersatukan semua umat, dan tidak membeda-bedakan suku, ras dan golongan. Olehnya itu, Danny disukai semua kalangan.
“Saya mendapat pengalaman spiritual luar biasa di kawasan adat Kajang. Diantar sama beliau anggota dewan kita Fahidin. Sampai perbatasan banyak pelajaran yang bisa dipetik selama sejam di dalam,” ucap Danny.
Ia pun mengungkapkan pesan-pesan yang disampaikan oleh ketua adat Ammatoa. Ada dua pesan yang diminta Danny untuk membawa dalam dirinya yakni kejujuran dan menghargai atau mappatabe’.
“Di sini dasar semua adat adalah kejujuran dan penghormatan tertinggi adalah mappatabe’. Dua hal itu yang ditekankan. Luar biasa sekali di dalam. Tidak ada video dan foto selama di dalam sehingga video dan foto itu terekam dan ada dalam pikiran dan hati saya,” tandas Danny.
Wali Kota Makassar dua priode itu menemui pemangku adat Ammatoa, untuk mendengar langsung kebutuhan masyarakat marginal Bulukumba yang bakal diwujudkan jika mendapat amanah untuk memimpin Sulsel mendatang.
Hadir bersama rombongannya mengenakan pakaian hitam yang lengkap dengan passapu, songkok khas Kajang dan berjalan tanpa mengenakan alas kaki mengelilingi pemukiman masyarakat adat. (rhm)