SEBAGAI bagian dari generasi Z, pilkada yang baru saja usai menjadi momen penting untuk merefleksikan peran kami dalam demokrasi. Meski sering dianggap apatis terhadap politik, banyak dari kami yang mulai menyadari bahwa partisipasi aktif, baik dalam memilih maupun berdiskusi, adalah salah satu cara untuk menentukan arah masa depan daerah.
Kami memandang pilkada sebagai lebih dari sekadar memilih pemimpin, tetapi juga sebagai langkah awal untuk mendorong perubahan yang lebih baik sesuai kebutuhan masyarakat modern, terutama generasi muda.
Teknologi menjadi aspek yang tidak terpisahkan dalam keterlibatan Gen Z di pilkada. Kami memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk mengenal para calon, membandingkan program kerja, dan membahas isu-isu penting yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, proses ini juga menunjukkan tantangan besar, seperti maraknya hoaks dan politisasi isu yang memecah belah.
Sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi, kami belajar untuk lebih selektif dalam menyaring informasi dan fokus pada data yang benar.
Kami juga berharap pilkada ini menghasilkan pemimpin yang mampu membawa inovasi nyata. Pemimpin yang kami butuhkan bukan hanya mereka yang memahami tantangan masa kini, tetapi juga yang dapat membuka peluang baru di bidang teknologi, pendidikan, dan lapangan kerja.
Gen Z membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyat, transparan, dan memiliki solusi konkret untuk menjawab aspirasi masyarakat, khususnya anak muda.
Namun, pilkada bukanlah akhir dari perjalanan. Bagi kami, pemilu hanyalah permulaan dari tugas yang lebih besar, yaitu mengawal dan memastikan janji-janji kampanye terlaksana dengan baik.
Kami percaya, generasi muda memiliki tanggung jawab untuk terus aktif berkontribusi, baik melalui kritik yang konstruktif maupun kolaborasi dengan pemerintah. Demokrasi adalah proses yang terus berjalan, dan Gen Z siap menjadi bagian dari perubahan yang membawa manfaat bagi semua kalangan.
(mg4)