BARRU, BKM — Warga Barru yang hendak ke Mandai, Maros atau sebaliknya tak bisa menikmati perjalanannya dengan menggunakan kereta api. Bahkan hingga kemarin telah memasuki hari kelima. Penyebabnya, karena ada jalur rel yang tertimbun longsor, tepatnya di wilayah Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep.
Terhitung sejak Minggu( 22/12) hingga Kamis (26/12), angkutan kereta api dari Stasiun Mandai hanya bisa sampai ke Stasiun Mandalle. Warga Barru pun terpaksa tertunda keberangkatannya jika ingin menikmati transportasi moda kereta api. Butuh waktu yang tidak singkat untuk melakukan pembenahan secara teknis.
Sejumlah calon penumpang KA asal Barru harus menelan kekecewaan lantaran tidak bisa naik kereta api. Jalur kereta yang melewati beberapa stasiun di Kabupaten Barru, Pangkep dan Maros sangat dibutuhkan warga.
Informasi soal akses gerbong KA tidak bisa sampai ke Stasiun Pekkae, Barru (belakang terminal Mattirowalie) hingga Stasiun Garongkong diakui salah seorang petugas loket di Stasiun Barru.
“Iya benar, untuk sementara tidak ada moda kereta api yang bisa sampai ke beberapa stasiun di wilayah Kabupaten Barru karena ada rel yang tertimbun longsor di Mandalle,” ujarnya.
BKM kemudian mengonfirmasi Kepala Divisi Humas Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulsel Ryan Agastiaguna. Ia membenarkan terjadinya hambatan operasional jalur KA di wilayah Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep sehingga perjalanan kereta api tidak bisa sampai ke Stasiun Barru.
“Sebenarnya wewenang kami di BPKA hanya urusan operasional kereta saja. Untuk masalah teknis terkait adanya rel kereta api yang tertimbun longsor merupakan kewenangan pihak PT Celebes Railway Indonesia (CRI),” kelit Ryan.
“Untuk operasional kereta tidak sampai ke Stasiun Pekkae, Barru dan Garongkong sudah lima hari. Pihak BPKA sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui medsos,” tambahnya.
Ryan menambahkan bahwa sampai sekarang dirinya belum memperoleh laporan terkini dari proses pekerjaan untuk mengangkut longsoran tanah yang cukup banyak volumenya itu. ”Kita membutuhkan waktu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi yang pasti pembenahan masih terus berlangsung oleh pihak CRI. Kejadian ini murni karena faktor alam, bukan disebabkan teknis operasional,” jelasnya.
Ia pun meminta media ini untuk konfirmasi ke pihak CRI terkait soal teknis dari progres pekerjaan rel dan pembenahan longsor itu. “Sebab mitra dengan CRI inilah yang bekerja sama dengan BPKA untuk urusan pelayanan pengoperasian dan perawatan prasarana perkeretaapian di Sulsel,” ucap Ryan.
“Apabila membutuhkan data detail tentang progres pekerjaan dari tanah longsor itu. Nanti dibantu dikoordinasikan dengan pihak CRI ya,” pungkasnya. (udi/c)