MAKASSAR, BKM–Politisi senior yang juga Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Dr Idrus Marham mengemukakan bila sejauh ini sejumlah kader partai berlambang pohon beringin rindang di Sulsel sudah banyak yang datang menemuinya dalam rangka silaturahmi.
“Ada yang datang mau masuk (calon ketua), ada datang mempertanyakan siapa yang kita dukung, ada yang datang izin mau maju, ya udah, silakan saja,”ungkap Idrus Marham di Makassar, Kamis (10/4) malam.
Menurutnya, hampir semua yang ada di sini, kecuali Taufan Pawe (TP). “Saya kan harus jujur dong. Misalkan Taufan Pawe tidak ke saya, berarti ada pertimbangan khusus. Dianggap saya tidak punya peranan,”sindir Idrus Marham.
Idrus Marham juga memberi pandangan terkait figur Ketua DPD I Golkar Sulawesi Selatan sebagai respon menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) yang rencananya digelar dalam waktu dekat sehingga dirinya menegaskan pentingnya regenerasi dalam kepemimpinan Golkar Sulsel dan mempertanyakan prestasi kepengurusan saat ini di bawah Ketua DPD I Golkar Sulsel, TP.
“Golkar itu kekuatannya ada pada ideologi, sistem dan kepemimpinan, kalau ini dilakukan tentu ada prestasi. Pertanyaan saya dalam kepengurusan ini, apakah ada prestasinya atau tidak, nah kalau tidak ada prestasinya, harus diberikan punishment, bukan reward,”ucap Idrus Marham.
Mantan Sekjen DPP Golkar ini juga menyoroti terkait kursi Ketua DPRD Sulsel yang hilang.
Bahkan pimpinan DPRD, seperti di Kabupaten Gowa, Partai Golkar tidak mendapat kursi pimpinan.
Olehnya itu, Idrus menegaskan bahwa perlunya kepemimpinan Golkar yang kuat, konsisten, dan mengedepankan ide serta gagasan dalam bentuk program.
Bahkan, Idrus membandingkan dengan kepemimpinan yang hanya berorientasi pada penguasaan partai.
“Ke depan ini persaingan politik semakin dinamis, bahkan semakin radikal. Ada perubahan peta politik yang tadinya Golkar dominan sebagai lumbung suara di Sulsel, kini diambil sama Nasdem,”katanya.
Sehingga kata dia, proyeksi ke depan, sangat tergantung kepada sosok pemimpin. Kalau kepemimpinannya didesain untuk menguasai Golkar, maka pasti akan defensif.
“Tapi jika dia didesain untuk membesarkan Golkar, maka dia ofensif dengan mengedepankan pempimpinan yang kuat dengan ide dan gagasan sebagai instrument dalam bentuk program,”terang mantan Menteri Sosial RI ini. (jun/rif)