GOWA, BKM — Kabupaten Gowa adalah satu dari 19 kabupaten kota di Sulsel yang masuk nominasi penilaian Kabupaten Layak Anak (KLA) tahun 2025 untuk kategori Nindya.
Penilaian pusat ini sudah dekat, dijadwal pada 7 Mei 2025 atau tersisa dua pekan ke depan. Karena itu Pemerintah Kabupaten Gowa melakukan rapat koordinasi Tim Gugus KLA yang dilakukan selama dua hari dihelat oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) di Hotel Aryaduta Makassar, Kamis (24/4).
Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Gowa, Andy Azis Peter selaku Ketua Tim Gugus KLA Gowa saat membuka rakor tersebut mengatakan untuk mewujudkan Gowa sebagai Kabupaten Layak Anak, semua pihak harus bersama-sama berkolaborasi didalamnya.
”Jadi dalam pembinaan anak itu bukan saja pada posisi pemerintah yang memiliki tanggung jawab, tapi memang perlu dukungan masing-masing semua pihak. Kemudian layanan yang ada di seluruh pelayanan pemerintah daerah maupun layanan institusi lainnya yang ada di Gowa harus memiliki fasilitas layanan yang ramah anak. Kita jangan klaim bahwa orang tua kurang maksimal dalam mengasuh anak. Bukan begitu maksudnya. Tapi yang dimaksud dalam KLA itu adalah bagaimana seluruh layanan yang dilakukan pemerintah itu ramah terhadap anak. Salah satunya, adalah ada ruang khusus pelayanan di instansi yang ramah anak. Seperti, tidak boleh ada asap rokok, ada tempat bermainnya, ada tempat laktasinya, ada tempat istrahat ketika anak-anak ikut serta orang tuanya di sebuah kantor pelayanan pemerintahan atau institusi lainnya. Itu yang dimaksud,” jelas Andy Azis.
Dikatakan Andy Azis, saat ini Gowa melalui DP3A gencar melakukan upaya untuk memenuhi 24 indikator penilaian KLA tahun ini. 24 indikator ini memuat berbagai peran penting pemerintah bersama stakeholder dalam cegah tanggap menghadapi isu perlindungan anak dan pelayanan ramah anak.
Isu-isu perlindungan anak diantaranya terkait kekerasan seksual, bullying atau perundungan, intoleransi, narkoba dan rokok, pendidikan/kespro, siswi hamil/KTD, angka putus sekolah dan isu lainnya.
Saat ini, kata Andy Azis, Kabupaten Gowa sudah masuk dalam tahap verifikasi lapangan untuk KLA tingkat pusat. Karena itu melalui rakor tersebut, diharapkan seluruh tim gugus mampu bekerja maksimal agar Gowa tahun ini bisa masuk sebagai Kabupaten Layak Anak dan meraih kategori Nindya.
”Dengan kolaborasi bersama semua pihak, kita yakin Gowa bisa penuhi 24 indikator KLA tersebut. Apalagi pada verifikasi awal, Gowa sudah meraih penilaian sebesar 900-an lebih dan sudah mendekati 1.000. Insya Allah dengan upaya keras kita bersama, semoga Gowa bisa meraih Nindya KLA ini,” kata Andy Azis.
Terpisah, Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Gowa, Kawaidah Alham, mengatakan, dalam menjelang penilaian tim gugus tugas kembali melakukan rapat koordinasi persiapan bagaimana gugus tugas ini bisa memperkuat komitmennya bahwa apa yng dimasukkan kemarin saat evaluasi itu bisa sejalan dengan evaluasi berikutnya.
Misal soal kelembagaan itu harus lengkap semisal Bappeda harus tahu apa saja Perda-perda dan apa saja kebijakan-kebijakan yang belum ada atau yang sudah ada. Kemudian semua gugus tugas yang SKPD-SKPD itu harus tahu dan menyiapkan kelengkapan lainnya karena sekarang beda penilaian, beda cara mengevaluasi dari pusat.
”Yang lalu itu hanya satu room. Sekarang ada tiga room yang harus dihadapi. Disamping itu layanan-layanan lainnya harus ada contoh Puskesmas Ramah Anak (PRA) maka Dinkes harus mempersiapkan Puskesmas mana nanti yang menjadi lokus penilaian. Kemudian perpustakaan, dimana bisa mendapatkan informasi yang layak anak. Begitu juga dengan Dinas Pendidikan. Di sekolah mana nanti yang bisa nanti kota ambil sebagai lokus. Semua sekolah paati ramah anak tapi kan harus ada yang jadi lokus penilaian. Nah itulah yang harus kita persiapkan,” jelas Kawaidah.
Yang perlu ditegaskan di sini adalah kesiapan petugas layanan dan administrasinya. Petugas layanan harus betul-betul mengetahui apa yang menjadi lokus misalnya PRA itu kenapa PRA ini bisa disebut ramah anak, apa indikatornya.
PRA itu lokusnya karena dia punya layanan yang ramah anak. Pertama, karena sarananya ada. Misalnya, anak-anak punya tempat bermain tidak berkumpul dengan dewasa yang akan menjalani pemeriksaan. Kemudian petugas-petugas PRA ramah terhadap anak-anak yang ada di situ, terus ruangan itu bebas dari asap rokok dan lainnya.
Seperti juga di sekolah, apakah di sekolah itu sudah ramah anak. Semisal banyak bunga-bunga di sekolah namun jenisnya berduri. Nah itu kan bahaya pada anak. Selain itu, apakah di sekolah itu masih terjadi bully.
”Apakah sudah ada komitmen antara guru, orang tua murid, kepsek terhadap kebijakan yang ada di sekolah. Misalnya ada pelanggaran anak, bukan lagi hukumannya membersihkan WC atau lainnya tapi harus ada komitmen bahwa pelanggaran ini lebih meningkatkan kesadaran anak-anak (pembinaan). Itu beberapa contohnya. Itu masuk dalam lokus penilaiannya KLA,” kata Kawaidah.
Dijelaskan Kawaidah, indikator penilaian KLA dengan berbagai tahapannya ditentukan oleh nilai yakni untuk Pratama (500-600), Madya (600-700), Nindya (700-800) dan tertinggi adalah utama (900-1000).
Kegiatan rakor ini menghadirkan beberapa pemateri terkait apa lokus KLA yakni Rosmiati Azis (Fasilitator Daerah KLA Provinsi Sulsel), Meisy Papayungan (DP3A- P2KB Sulsel) dan Fadhia Mahmud (Ketua Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Sulsel) serta Kepala DP3A Gowa Kawaidah Alham. (sar)