pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Suka Menulis

WAJAHNYA cantik. Kulit putih mulus. Pendidikan dan karir mumpuni. Itulah tiga kalimat yang sepintas bisa menggambarkan Dr Pratiwi Syarief,MHum. Ia baru saja meraih gelar doktor termuda di Universitas Hasanuddin (Unhas).
Latar belakang orang tua sangat berpengaruh terhadap minat dan bakat Tiwi, sapaan akrab Pratiwi Syarief. Ia mengikuti jejak sang ayah yang berlatar belakang sebagai penulis dan wartawan. Bahkan, Pratiwi kini telah menulis empat buku cerpen (cerita pendek).
Lahir di Parepare, 19 November 1987, Tiwi memang punya cita-cita dan keinginan suatu saat bisa menjejaki dunia tulis menulis seperti ayahnya, Syarief Longi, mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat dan kini bergabung di Majalah Pijar.
”Ayah dulu kan wartawan. Dari situ saya tertarik dan bergabung di majalah kampus Identitas Unhas. Saya juga pernah magang di koran Kompas dan Republika Jakarta. Karena bapak saya seorang penulis, saya juga mau seperti itu,” ujar Tiwi.
Setelah lulus kuliah, anak bungsu dan dua bersaudara ini terangkat menjadi pegawai tahun 2009 dan menjadi staf Humas Universitas Negeri Makassar (UNM).
”Saya suka lihat bapak yang setiap malam menulis menggunakan mesin ketik. Dia sering merespon positif kalau ada tulisan saya. Bahkan membimbing saya untuk menjadi penulis sesungguhnya. Alhamdulillah, sampai sekarang sudah ada empat buku yang saya tulis,” terangnya.
Buku-buku yang telah dihasilkan putri pasangan Syarief Longi dan Hj Nurlaela Arifai ini, yakni Gadis Berjaket Merah, Gadis Takut Hujan, Gadis Nisan dan Gadis Pemimpi.
Ibu satu orang putra, Asyam Al Qishty, buah pernikahannya dari Aswiwin Sirua,SH.MH ini punya harapan, ke depan bisa mengembangkan diri dalam menulis dan menghasilkan banyak lagi buku, khususnya cerpen. Ia bahkan punya keinginan bisa menulis novel.
”Ke depannya mau sekali buat novel, karena itu sangat jauh berbeda ketika kita menulis cerpen,” jelasnya.
Tiwi mempunyai ketertarikan cukup besar terhadap bahasa Indonesia. Diapun tidak segan-segan untuk belajar banyak tentang kosa kata dan perbendaharaan bahasa Indonesia. Sebab hal itu berkorelasi dengan hobi dan cita-citanya.
”Saya dari S1 hingga S3 memang tertarik dengan bahasa Indonesia. Apalagi kalau mau menulis cerpen, dibutuhkan estetika di dalamnya,” katanya memberi argumen.
Tiwi merupakan alumni S1 Fakultas Sastra Unhas Jurusan Bahasa Indonesia. Ia kini menunggu prosesi wisuda untuk S3 di Jurusan Linguistik. Seharinya-harinya, Tiwi mengajar di Fakultas Pendidikan Jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Bahasa Indonesia.
Aktivitas yang padat dan jadwal yang tak menentu, tidak membuat Tiwi harus kehilangan momen-momen terbaik. Sebab di sekilingnya ada banyak orang yang mendukung, mulai dari suami, anak, teman kantor dan keluarga dekat. Mereka selalu memberi support di setiap langkah yang ia tempuh.
“Suami mendukung dan tidak pernah melarang untuk berinteraksi dengan orang lain. Karena sebelumnya suami sudah tahu konsekuensi karir saya seperti apa. Sejauh ini semua baik-baik saja. Kita saling kerja sama dalam rumah tangga. Waktu untuk keluarga selalu dihabiskan di setiap weekend,” bebernya memberi tips. (ita/rus)




×


Suka Menulis

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link

Tinggalkan komentar