MAKASSAR, BKM — Presiden Prabowo Subianto memberikan bantuan kepada masyarakat berupa hewan kurban. Khusus di Sulawesi Selatan, sebanyak 25 ekor sapi sumbangan presiden siap untuk dikurbankan pada hari raya Iduladha tahun ini.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Sulsel Nurlina Saking, menegaskan bahwa hewan kurban akan diserahkan ke seluruh kabupaten/kota. Begitu pun dengan provinsi.
“Kalau di Sulsel, ada 25 ekor yang akan dikurbankan di masing-masing daerah. 24 untuk kabupaten kota dan satu untuk provinsi,” terang Nurlina.
Ia mengungkapkan, pemberian hewan kurban oleh Presiden Prabowo Subianto cukup berbeda dibandingkan dengan kurban beberapa tahun sebelumnya.
“Tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya, hewan kurban presiden itu berupa bantuan masyarakat. Tiga tahun terakhir ini, satu ekor per provinsi. Sebelumnya ada tiga ekor atau satu ekor. Tapi tiga tahun terakhir ini, 2022, 2023, 2024 itu satu ekor per provinsi,” jelasnya.
Nurlina mengungkap berat dan jenis hewan kurban yang diserahkan oleh Presiden Prabowo Subianto kepada daerah-daerah yang ada di Sulsel.
“Berat sapi presiden minimal 802 kilogram, dan yang terberat untuk Sulsel itu lebih dari 1,2 ton. Sedangkan jenisnya ada Simental, Brahman Cross, dan Limosin,” tuturnya.
Sebelumnya, Pemprov Sulsel melalui Disnakkeswan Sulsel menyampaikan terkait kesiapan hewan kurban menjelang Iduladha 1446 H. Nurlina Saking menegaskan jika saat ini ketersediaan hewan kurban untuk tahun 2025 mencapai ratusan ribu. Termasuk diantaranya hewan kurban sapi, kerbau dan kambing.
“Jadi total ketersediaan hewan kurban Provinsi Sulsel dari 24 kabupaten kota itu ada 136.817 ekor,” sebutnya.
Ketersediaan Sapi Kurban di Sulsel
-Total dari 24 kabupaten/kota sebanyak 136.817 ekor.
-Kabupaten Jeneponto terbanyak. Untuk sapi itu ada 6.116 ekor, kerbau dua ekor, dan paling tinggi kambing sampai 36.082. Jumlah total 42.200 ekor.
-Urutan kedua Luwu Utara dengan jumlah 17.279 ekor.
Sapi 10.283 ekor, kerbau 3.471 ekor, kambing 3.525 ekor.-Posisi ketiga Sinjai sebanyak 10.374 ekor.
-Bone sebanyak 10.321 ekor.
-Makassar 6.867 ekor.
Ia menyatakan, dari seluruh daerah di Sulsel, Kabupaten Jeneponto mencatat jumlah ketersediaan hewan kurban tertinggi. Dengan total kambing tembus hingga puluhan ribu.
“Kabupaten Jeneponto terbanyak. Untuk sapi itu ada 6.116 ekor, kerbau dua ekor, dan paling tinggi kambingnya sampai 36.082 ketersediaannya. Jumlahnya semua 42.200 ekor,” ungkap Nurlina.
Setelah Jeneponto, urutan kedua ketersediaan hewan kurban tertinggi diduduki oleh Luwu Utara, yakni dengan jumlah ketersediaan sebanyak 17.279 ekor.
Diketahui, di Luwu Utara jumlah sapi mencapai 10.283 ekor, kerbau hingga 3.471 ekor serta kambing dengan total 3.525 ekor.
Selanjutnya, posisi ketiga ada Sinjai dengan ketersediaan mencapai 10.374 ekor, disusul Bone sebanyak 10.321 ekor dan Makassar sebesar 6.867 ekor hewan kurban.
“Dari total 136.817 ekor ketersediaan hewan kurban di Sulsel, jumlah ketersediaan sapi menjadi yang terbanyak yaitu 80.665 ekor, lalu kambing sebesar 50.876 ekor dan kerbau itu 5.276 ekor,” terangnya.
Nurlina menyampaikan, total ketersediaan hewan kurban mencukupi jumlah kebutuhan hewan kurban di Sulsel. Untuk tahun 2025 sendiri, kebutuhan hewan kurban di Sulsel mencapai 54.221 ekor.
“Di Sulsel, kebutuhan hewan kurban jumlahnya 54.221 ekor, yang terbagi menjadi 50.359 ekor sapi, 173 ekor kerbau dan 3.689 ekor kambing,” imbuhnya.
Selain ketersediaan hewan kurban, Nurlina turut menyoroti terkait kesehatan hewan kurban, khususnya penyakit menular PMK atau penyakit mulut dan kuku.
Ia menilai, walau masih ditemukan di lapangan, situasi PMK masih dalam kendali. Begitu pun dengan penyebarannya yang tidak terlalu meluas.
Pengawasan kesehatan hewan yang ketat, kata Nurlina, terus digalakkan oleh pihaknya untuk memastikan keamanan dan kelancaran pelaksanaan kurban di seluruh daerah.
Meski begitu, ia tetap mengimbau kepada seluruh pelaku usaha ternak agar tidak berpindah-pindah tempat.
“Kalau saat ini mereka kan sudah punya sapi untuk dikumpulkan. Sekarang tiba saatnya masyarakat yang akan berkurban, kiranya ke tempat-tempat penampungan yang telah ditetapkan di daerah masing-masing. Kan ada tempat penampungan yang oleh pemerintah setempat diizinkan di situ. Kiranya dipastikan membeli ternak kurban yang sudah diperiksa kesehatannya oleh dinas yang membidangi fungsi peternakan,” jelasnya.
Lebih jauh ia menuturkan, jika membeli di tempat yang telah disediakan, masyarakat akan diberi kartu kesehatan yang menandakan jika hewan tersebut telah diperiksa dan bebas dari segala penyakit.
“Kartu yang diberikan bukan hanya bebas dari PMK, tapi bebas dari penyakit-penyakit yang lain atau cacing. Biasanya kan itu ternak terlihat sehat tapi cacingan. Petugas dari kesehatan hewan itu paham, jadi mereka akan menyarankan diberi obat cacing atau itu tidak dijadikan ternak kurban sebelum di kasih penanganan,” pungkasnya.
(jun)