MAKASSAR, BKM — Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman (ASS) tak lama lagi mengakhiri masa jabatannya. Ia akan menuntaskan tugasnya pada 5 September 2023 mendatang. Lantas, apakah ASS masih mampu mempertahankan tingkat kesukaan masyarakat setelah tidak lagi menjabat sebagai gubernur hingga pemilihan gubernur (Pilgub ) Sulsel digelar 27 November 2024 mendatang?
Saat ini ASS masih memiliki waktu kurang lebih 13 bulan untuk bekerja guna mensosialisasikan program serta visi misi yang ingin dia bawa jika ingin maju bertarung pada pilgub mendatang. Namanya juga masih menempati posisi dua hingga tiga besar tingkat kesukaan (akseptabilitas) dan tingkat keterpilihan (elektabilitas) pada sejumlah lembaga survei.
Adik dari mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ini bersaing dengan Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Bupati Gowa Adnan Purichta, mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS), dan mantan Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI ( Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki.
Tak hanya itu, ada juga pimpinan partai politik seperti Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem Sulsel Rusdi Masse (RMS), Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Sulsel Taufan Pawe (TP), serta Ketua DPD Partai Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras (AIA).
Informasi yang berkembang saat ini, manakala dalam 10 bulan elektoral ASS tak memungkinkan untuk bertarung, bisa saja ada keputusan lain. Apakah mempersilakan Andi Amran Sulaiman yang bertarung di Pilgub Sulsel, ataukah ASS tetap maju, namun menggandeng Danny Pomanto, Adnan Purichta atau TP yang juga Wali Kota Parepare ini.
Danny Pomanto memiliki waktu untuk ke Kabupaten Gowa guna melantik pengurus Ikatan Alumni (IKA) Unhas. Danny juga sering mendapat undangan dari pimpinan partai politik guna menghadiri sebuah acara di daerah, seperti jalan santai PPP yang dihelat di Malino kabupaten Gowa dan acara adat di kerajaan Galesong Takalar.
Selaku Ketua IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan, Danny baru saja melantik Zadrak Tombek yang juga Wakil Bupati Tana Toraja sebagai Ketua IKA Unhas di Aula Dinas Pendidikan Tana Toraja, Rabu (16/3).
Selanjutnya, Danny juga melantik Frederick Viktor Palimbong yang tak lain adalah Wakil Bupati Toraja Utara, Kamis (17/3). Pada pelantikan itu, Danny berpesan agar para alumni bisa menjadi perantara program pemerintah untuk sesejahteraan masyarakat.
Adnan Purichta juga punya waktu untuk bertemu dengan tokoh kabupaten/kota di Sulsel. Dalam kapasitasnya selaku Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Sulsel serta Ketua Orda Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) Sulsel, Adnan telah melakukan silaturahmi sekaligus pelantikan penguris PMI dan Orari kabupaten/kota.
Yang lebih intes turun ke daerah yakni IAS. Politisi Partai Golkar ini telah memiliki agenda atau jadwal kunjungan ke berbagai daerah. Sebagai mantan calon gubernur Sulsel, IAS masih memiliki pendukung fanatik. Bahkan para pendukunya mengaku masih siap memperjuangkan IAS pada Pilgub mendatang.
Adapun, Andi Muhammad baru sebatas sosialisasi dengan menyebar alat peraga, berupa baliho di semua daerah. Dengan tagline ‘Panglimata’, Andi Muhammad juga sudah memiliki tim dan relawan, meski masih terbatas pada daerah-daerah tertentu.
Pemerhati politik dari PT Nurany Strategic Dr Nurmal Idrus yang dimintai tanggapannya, Minggu (19/3), mengungkapkan bila semua tergantung dari cara AAS dalam mengelola figuritas dan manajemen timnya.
“Elektoralnya bisa terus bertahan dan cenderung naik jika ia mampu mengkonversi semua kelebihannya selama memimpin. Tetapi ia juga bisa menurun jika pergerakannya satgnan setelah tak memimpin. Untuk itu dia harus terus muncul di publik agar namanya tak tanggelam pascaberhenti,” jelas Nurmal yang pernah tercatat sebagai Ketua KPU Makassar.
Pengamat politik dari Unhas Dr Ali Armunanto, mengemukakan pandangannya terkait upaya yang mesti dilakukan ASS setelah tidak lagi menjabat gubernur Sulsel. Armunanto menjelaskan, bila saat ASS menjabat dia mudah dikenal karena ada panggung. Karena setiap kebijakannya selalu mendapat tempat di media. Namun setelah tidak menjabat lagi, maka panggungnya di pemprov tidak bisa dia kuasai lagi.
“Artinya, dia (ASS) harus membuat pangung sendiri, membuat branding politik sendiri lalu kemudian menerapkan strategi marketing sendiri,”ujar Ali, Minggu (19/3).
Soal apakah nantinya elektoral ASS naik, stagnan atau turun, menurut Ali, bergantung dari pola marketing yang dilakukan. “Bagaimana pola marketing yang dilakukan seperti mengintensifkan pengenalam masyarakat, lalu kemudian mendorong referensi untuk memilih ASS. Jadi bergantung perencanaan marketing yang disiapkan setelah tidak lagi menjabat. Untuk saat ini masih ada beberapa bulan untuk dioptimalkan,” jelasnya.
Hal sama disampaikan pengamat komunikasi politik dari UIN Alauddin Makassar Dr Firdaus Muhammad. Katanya, semua sangat tergantung pada sosialisasinya.
“Selama ini masyarakat mengenalnya sebagai gubernur, sehingga popularitas terjaga. Itu bisa bertahan kalau makin massif turun setelah tidak menjabat. Pasti pengaruhnya akan terlihat saat menjabat dan tidak,” terang Firdaus.
Dr Arief Wicaksono dari Universitas Bosowa, mengatakan ASS tetap punya peluang meskipun akan digantikan oleh pj gubernur yang nantinya ditunjuk oleh Kemendagri, karena ‘pengkondisian birokrasi’ pemprov yang telah dilakukan dua tahun terakhir ini. Bahkan bisa jadi, pengkondisian struktural telah dilakukan juga melalui pemerintah pusat, dalam hal itu adalah Kemendagri, melalui jaringan politik dan ekonomi sang kakak, mantan Mentan Andi Amran Sulaiman (AAS).
Sementara itu, faktor elektoral ASS relatif tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap keterpilihannya bila mendapatkan calon wakil dan partai politik yang tepat. Hampir sama kondisinya ketika bersanding dengan NA pada Pilgub Sulsel 2018 yang lalu.
”Bedanya, saat itu ASS berposisi sebagai calon wagub, dan saat ini beliau berstatus incumbent. Belum lagi yang harus dipertimbangkan adalah keterlibatan AAS di belakang layar panggung politik, yang masih tetap diperhitungkan untuk calon wapres,” ujar Arif Wicaksono, kemarin. (rif)