MAKASSAR, BKM–Ketua KONI Makassar yang juga mantan bakal calon wali kota dan wakil wali kota Makassar Ahmad Susanto kini bergabung dalam tim pemenangan bakal pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Munafri Arifuddin – Aliyah Mustika Ilham (Mulia)
Ahmad Susanto masuk dalam jajaran tim pemenangan yang dipimpin mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) ini.
Sebagai bentuk keseriusannya, Ahmad Susanto menghadiri rapat tim pemenangan Mulia di Hotel Aryadutha.
Rapat untuk memantapkan tim sekaligus membacakan Surat Keputusan, dalam SK yang dibacakan terdapat nama Ahmad Susanto.
Ahmad Susanto juga dikenal dekat dengan Danny Pomanto, meski demikian ia lebih memilih untuk bergabung dalam barisan pemenangan Mulia. Tak hanya itu, istri Ahmad Susanto yakni Rezeki Nur juga merupakan Caleg PKS terpilih untuk DPRD Makassar.
Appi-panggilan akrab Munafri Arifuddin menyampaikan bahwa ini adalah langkah dalam menuju pekerjaan besar.
Menurutnya, Tim dari partai politik, relawan, komunitas, ini harus dijahit atau dirangkai. Tidak ada yang harus dilebihkan.
“Tidak ada yang lain selain memenangkan pemilihan wali kota Makassar,’ungkap Mantan CEO PSM Makassar ini, Kamis (5/9).
Lebih lanjut kata dia, tahun ini merupakan ketiga kalinya mengikuti kontestasi. Sehingga, sedikit banyaknya punya pengalaman.
Dia berharap agar Pilwali Makassar kali ini bisa ia menangkan.
“Esensi kemenangan insyaallah adalah tuntas. Insyaallah akan saya tuntaskan bersama Bu Aliyah,”tandas Appi.
Tak hanya Ahmad Susanto, namun mantan Ketua Asosiasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Makassar, Elber Maqbul Amin juga mendukung Mulia.
Elber mengaku, dia merupakan mantan loyalis Danny Pomanto pada masanya. Namun kini dia mengarahkan dukungan kepada Mulia karena menginginkan harapan perubahan yang lebih baik.
“Saya ke sini ini karena berharap ada perubahan yang lebih bagus ke depannya. Saya sudah merasakan seperti apa di pemerintahan kemarin dan saya tahu apa yang harus berubah,”ujarnya, Rabu malam.
Lebih lanjut dia mengatakan, ada berbagai program yang dianggap tidak tepat sasaran. Misalnya saja lorong wisata, mengecat jalanan lorong, dan berbagai lainnya, dianggap hanya buang-buang anggaran.
“Seharusnya kan bisa untuk hal lain yang lebih menyentuh masyarakat. Coba bayangkan itu mengecat jalan lorong, harus ditutup seharian untuk menunggu kering. Setelah kering dilewati lagi, baru dua hari sudah kotor, terkelupas semua, kan sia-sia itu,”tuturnya.
(jun/rif)
