pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken
pulsa.rovindo.com - Pusat Distributor Pulsa dan TOken

Masalah Asmara Dominasi Pemicu Remaja Bunuh Diri

Hingga Mei 2022 Ada 96 Kasus di Sulsel

MAKASSAR, BKM — Dalam beberapa waktu terakhir kasus bunuh diri di Sulawesi Selatan kian marak terjadi. Ironisnya, perbuatan tersebut dilakukan oleh remaja dan anak muda. Kecenderungan pemicunya didominasi karena persoalan asmara serta kekerasan seksual.

Data dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sulsel menyebutkan, hingga akhir Mei 2022, laporan peristiwa bunuh diri yang masuk sudah mencapai 96 kasus.

Jumlah ini diprediksi akan meningkat lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai 196 kasus hingga akhir Desember 2021 lalu.

Kepala P2TP2A Sulsel Meisy Papayungan, tak memungkiri tingginya angka bunuh diri di daerah ini.
Dia mengakui, pihaknya banyak mendampingi anak-anak yang frustrasi akibat ditinggal menikah oleh pacar, diputuskan sepihak, hingga karena kekerasan seksual.

”Di tahun 2021 saja kasus seperti itu sudah mencapai 1.519 laporan. Bahkan dari hasil penjajakan P2TP2A, jumlahnya diyakini jauh lebih tinggi. Sebab banyak di antaranya yang tidak dilaporkan.
Ada kecenderungan meningkat dalam lima tahun terakhir. Itu disebabkan oleh faktor asmara dan kekerasan seksual. Contoh tahun 2020, di Toraja itu ada 16 kasus bunuh diri. Itu sebagian besar karena asmara, diputuskan oleh kekasihnya. Jadi kecendeungan asmara ini memang tinggi,” ujar dia, Rabu (8/6).

Meisy melanjutkan, adanya individu-individu yang rentan ini akibat tak mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga ataupun orang terdekat.

“Seorang perempuan diputuskan oleh kakasihnya, biasanya dia berpikir saya masih punya backup kok, keluarga yang menyayangi saya. Korban yang punya kecenderungan bunuh diri adalah keluarga yang tidak punya kohesi dan kerekatan. Tidak akrab. Jadi dia merasa sendiri,” jelasnya.

Selain itu, ada pula karena remaja perempuan tersebut terpisah dari keluarganya. Misalnya hidup sendiri di tempat kos. Kelompok ini juga termasuk berisiko paling tinggi, sebab jauh dari lingkaran keluarga.

“Memang ada tendensi untuk perilaku melukai diri dan mengakhiri hidup. Itu dari keputusasaan,” terangnya.

Dia melanjutkan, orang-orang dengan kecenderungan bunuh diri ini memiliki pikiran pendek. Terlebih dalam tekanan tanpa adanya pihak yang mendukung.

Bunuh diri dianggap sebagai suatu penyelesaian dan jalan keluar. Padahal malah menambah masalah kepada orang-orang yang mereka tinggalkan.

Keluarga, kata Meisy, juga harus ikut diberikan pemahaman agar anak bisa lebih merasa diterima.

“Perlu didampingi secara psikologis, perlu penguatan keluarga, bahwa keluarga bisa menerima kondisi korban dalam keadaan apapun dan bersedia mendampingi. Jadi kami juga dampingi keluarganya,” terangnya. (jun)




×


Masalah Asmara Dominasi Pemicu Remaja Bunuh Diri

Bagikan artikel ini melalui

atau copy link