MAROS, BKM — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros menerima kunjungan Australia Consulate General (ACG). Rombongan Disambut langsung oleh Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari didampingi General Manager Geopark Maros-Pangkep, Dedy Irfan Bachry.
Penyambutan digelar di ruang rapat Wabup, Rabu (18/1). Saat ditemui, General Manager Geopark Maros-Pangkep, Dedy Irfan Bachry, mengungkapkan, hari ini mereka menerima kunjungan peserta Short Course dari Australia.
Kegiatan Short Course dilaksanakan oleh Konjen Consulate General yang ada di Makassar bekerjasama dengan Kedutaan Besar Australia yang ada di Jakarta.
”Kita patut bangga ungkap Dedy, sebab hal spesial ialah Kawasan Geopark Maros-Pangkep menjadi satu-satunya kawasan Geopark Indonesia yang dikunjungi. Kita menjadi percontohan. Mereka akan melihat bagaimana Pemerintah Maros-Pangkep dalam mengelola Geoparknya,” ungkapnya.
Peserta Short Course diikuti 40 orang dari seluruh Indonesia. Mereka adalah orang-orang hebat yang tentunya berhasil lolos.
”Hanya berlangsung sehari di Maros. Usai di Kantor Bupati, peserta akan langsung berkunjung ke beberapa titik kawasan Geopark. Yakni Bantimurung, Leang-leang, dan Rammang-rammang,” jelasnya.
Konsul Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins, mengaku senang atas penyambutan hangat Wabup Maros. Dirinya juga menyinggung, beberapa kantor Australia Consulate General seperti yang ada di Bali, Jakarta, Surabaya, dan Makassar dipimpin oleh gender wanita. Menurutnya Maros telah dipimpin Wabup yang hebat.
”Tidak mudah, pasti banyak tantangan. Ibu Tina sudah sangat hebat membawa kawasannya menjadi kawasan Geopark,” tuturnya.
Sejalan dengan itu, Wabup Maros, Suhartina Bohari, sempat menjelaskan pengelolaan awal kawasan Karst yang ada di Maros.
”Awalnya karst yang ada di kawasan Geopark kita ini, ada perusahaan besar yang ingin menambang. Tetapi untungnya, masyarakat kita yang ada disana aktif untuk mempertahankan,” jelasnya.
Pemerintah sebelumnya, ungkap Suhartina, memiliki beban yang sangat besar. Pemerintah harus mengubah pemikiran masyarakat untuk tidak memikirkan keuntungan sementara.
”Mungkin saja masyarakat yang memiliki lahan di kawasan karst akan memperoleh keuntungan saat menjualnya ke perusahaan besar. Tetapi itu hanya sesaat, namun jika masyarakat mempertahankan, merawat, maka anak cucu mereka pun akan mendapatkan impact yang lebih,” pungkasnya. (ari/c)