MAKASSAR, BKM — Pasokan listrik di Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini semakin menipis. Cadangan yang tersisa sebanyak 100 megawatt. Tiga alternatif disiapkan untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Kepala Bidang (Kabid) Energi Baru Terbarukan dan Ketenagalistrikan (EBTK) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel Jamaluddin mengungkap hal itu. Menurut dia, jika terjadi masalah di pembangkit listrik dengan kapasitas besar, seperti terbakarnya alat pengangkut batu bara atau boiler C1 Conveyor Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bosowa Energi yang terletak di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto pada 18 Maret 2023 lalu, maka dampaknya sangat terasa.
Kebakaran itu sempat membuat pasokan listrik berkurang sehingga dilakukan pemadaman bergilir.
Pasalnya, produksi PLTU Bosowa yang biasanya 200 megawatt terpaksa terhenti, hingga membuat cadangan listrik 100 megawatt jebol.
“Artinya kan kita minus. Tapi ini kita sudah normal kembali. Artinya kita masih surplus kembali tapi tipis,” terang Jamaluddin yang dikonfirmasi, akhir pekan lalu.
Dijelaskannya, ketika kembali terjadi masalah besar di pembangkit listrik, pemadaman bergilir berpotensi kembali dilakukan.
Menipisnya cadangan listrik ini juga tidak terlepas dari keluarnya PT Energi Sengkang dari Grid PLN.
PT Energi Sengkang yang biasanya memberikan kontribusi sebesar 315 megawatt membuat cadangan listrik yang sebelumnya 440-480 megawatt tersisa 100 megawatt.
Kontrak antara Energi Sengkang dengan PLN yang telah berjalan selama 20 tahun telah berakhir pada September 2022 lalu.
Untuk itu, kata dia, pemerintah pusat telah menyiapkan tiga alternatif untuk mengatasi persoalan itu.
Pertama, memperpanjang kontrak dengan Energi Sengkang. Hanya saja, PLN saat ini lebih memilih untuk membeli Energi Sengkang, bukan sekadar kontrak.
“Karena ini kan masih alot negosiasinya antara Energi Sengkang dengan PLN, kami berharap ini bisa kembali masuk ke Grid. Ada wacana bahwa PLN akan membeli pembangkit milik Energi Sengkang yang akan dioperasionalkan sendiri oleh PLN,” jelasnya.
Selain itu, opsi kedua yakni mendatangkan pasokan listrik 75 megawatt dari provinsi lain, yakni Sumatera.
“Rencananya itu dari Sumatera. Kalau tidak salah 75 megawatt. Tapi kalau kalau jadi, akan ditempatkan di Wajo juga karena dia memakai gas. Potensi gas kita cukup besar di Sengkang,” ucapnya.
Alternatif selanjutnya bagaimana menambah pasokan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso.
“Alternatif lain lagi bagaimana menambah daya suplai dari PLTA Poso yang di Sulawesi. Karena ini kan terkoneksi Sulselrabar,” tandasnya.
Pemprov berharap agar cadangan listrik di Sulsel segera kembali normal agar investasi terbuka untuk perusahaan-perusahaan yang menggunakan listrik yang besar.
“Apalagi di Sulsel ada potensi untuk industri besar seperti smelter yang di Bantaeng dan Luwu dalam tahap proses pembangunan. Itu butuh listrik yang besar. Sehingga semakin besar cadangan kita, saya kira semakin aman kondisi kelistrikan kita,” tuturnya.
Dia menyebut, beban puncak untuk listrik sebesar 1600-1700 megawatt. Sementara daya mampu di Sulsel 1800-1900. (jun)