×
Connect with us

Politik

GubernurKu dan PanglimaTa di Gaukang Kerajaan Bajeng

-

IST BERI HORMAT--Dua bakal calon gubernur Sulsel memberi hormat saat menghadiri perayaan Gaukang Kerajaan Bajeng ke-78 di Kabupaten Gowa, Senin (14/8)

GOWA, BKM–Ritual adat simbol perlawanan rakyat Bajeng pada penjajahan kembali diperingati di Balla Lompoa, Bajeng Gowa, Senin (14/8).
Dua bakal calon gubernur Sulsel 2024 hadir dalam perayaan Gaukang Kerajaan Bajeng ke-78 yang rutin dihelat setiap 14 Agustus itu.
Keduanya yakni sosok yang dikenal dengan tagline GubernurKu, Dr Ilham Arief Sirajuddin (IAS) serta figur yang dikenal dengan sebutan PanglimaTa’, Mayjen TNI (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki .

“Ini bagian penting mengenang para pejuang Bajeng yang dikenal dengan tobaraninya Gowa. Kita menghargai apa yang sudah mereka korbankan lewat peringatan seperti hari ini,” ujar IAS yang hadir sebagai tamu kehormatan.
GubernurKu dan PanglimaTa’ ikut berbaur dengan keluarga kerajaan Bajeng. Tampak hadir pula deretan tokoh lain seperti bakal calon bupati Gowa, Darmawangsah Muin, serta Bacaleg DPR RI PKB, Syarifuddin Dg Punna.
Upacara Gaukang diwarnai rangkaian ritual melantunkan takbir, tahlil dan tahmid. Dilanjutkan dengan ganrang pa’balle sumanga’ saat iringan benda pusaka dipamerkan dan dikembalikan ke tempatnya semula.

Selanjutnya, dilakukan ritual Assusuru. Yakni penyerahan bendera perang kerajaan Bajeng untuk dikibarkan bersama bendera merah putih.
Gaukang Kerajaan Bajeng menyisakan kisah heroik dan bersejarah. Bagaimana Bajeng mengambil peran melawan tentara sekutu dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Itu diawali ketika 12 Agustus 1945, seorang perwira tentara Jepang bernama Fukushima datang ke Istana Kerajaan Bajeng. Lalu, mengabarkan rencana Jepang meninggalkan Indonesia, setelah mendapat serangan dua bom dahsyat di negaranya.
Fukushima mengabarkan sikap negaranya yang akhirnya menyerah kepada sekutu. Dia juga menitip pesan agar rakyat Bajeng melakukan gerakan perlawanan agar sekutu tidak melanjutkan penjajahan.
“Selamat tiga hari tiga malam, Fukushima tak henti membujuk kerajaan untuk membuka tempat pusaka Bajeng. Lalu akhirnya diputuskan oleh kerajaan untuk mengibarkan bendera kerajaan dan merah putih secara bersamaan. Tepat tiga hari sebelum hari kemerdekaan diperingati. Jadi, sudah mencetuskan semangat kemerdekaan sebelum 17 Agustus 1945,” kenang Ketua Yayasan Balla Lompoa Bajeng, Masykur Makmur. (rif)

Share

Komentar Anda


Populer Minggu ini