MAKASSAR, BKM — Kasus perselingkuhan yang kian marak terjadi, serta terus bertambahnya angka perceraian di Kota Makassar, disebabkan banyak faktor. Pemicunya bukan hanya dari pihak pria, tapi juga wanita.
Psikolog dan dosen dari Universitas Negeri Makassar (UNM), Widyastuti,SPsi,MSi menyebut, salah satu penyebab terjadinya perceraian ataupun perselingkuhan adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Biasanya, pria dan wanita tidak puas dengan keadaannya.
”Perselingkuhan biasanya terjadi pada fase ketika pasangan mulai mapan, mempunyai anak dan memantapkan kehidupan yang dibangun bersama-sama,” katanya, Rabu (20/4).
Biasanya, tambah Widyastuti, yang jadi fokus perhatian adalah wanita yang mengeluh tentang kurangnya asmara. Padahal pria juga merasakan hal itu.
”Seorang pria sering menderita dalam diam. Meyakini mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dari pasangan,” ujarnya.
Selain itu, tambah Widyastuti, selama ini banyak orang yang menjustifikasi bahwa semua wanita yang berselingkuh adalah perempuan nakal. Padahal penilaian itu tidak benar.
”Hubungan yang terjalin biasanya diawali dengan persahabatan. Bahkan lebih dari 60 persen perselingkuhan dimulai dari tempat kerja,” terangnya.
Fakta yang diungkap Widyastuti menyebutkan, bukan wanita yang mendominasi perselingkuhan di Makassar. Pada dasarnya perselingkuhan oleh pria dan wanita berada pada tingkat yang sama. Hanya alasan mereka melakukannya yang berbeda. ”Wanita lebih mungkin berselingkuh untuk kepuasan emosional semata,” tandasnya.
Sementara Kepala Praktik Psikolog Halwa Makassar, Hilwa Anwar,SPsi,MA menyebutkan, saat ini angka perceraian di Makassar berada pada peringkat empat di Indonesia. Hal ini diakibatkan banyaknya gugatan cerai yang diajukan pasangan suami istri, sebagai dampak dari kesenjangan sosial, seperti faktor ekonomi.
”Dari penelitian tentang perilaku berselingkuh pada pria dan wanita, hasilnya 20 persen pria mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya. Angka itu tidak jauh berbeda pada wanita. Sebanyak 16 persen wanita di Makassar mengaku pernah tak setia,” bebernya.
Untuk itu, Hilwa meminta kepada pria supaya lebih berhati-hati menjaga pasangannya agar tidak berselingkuh.
Penelitian lainnya tentang perselingkuhan, membuktikan bahwa perselingkuhan wanita ternyata lebih berbahaya dibandingkan perselingkuhan pria. Sebagian besar pria berselingkuh karena tak dapat menahan nafsu. Ia semata tergoda oleh wanita lain, atau dihadapkan pada kesempatan untuk berselingkuh yang tak dapat ia tolak.
”Hanya 20 persen wanita yang berselingkuh karena nafsu. Sedangkan pada pria, angkanya mencapai 80 persen,” jelasnya.
Wanita justru sebaliknya. Jika hubungan asmaranya baik-baik saja, ia biasanya tak akan berselingkuh. Alasan utama wanita berselingkuh, adalah karena ia sebetulnya tak bahagia dengan hubungannya. Bisa karena kesepian, seks yang tak memuaskan, atau kebutuhan emosi yang tak terpenuhi.
“Intinya, ada sesuatu yang tak bisa dipenuhi oleh suami atau pasangannya. Itu makanya wanita mau selingkuh,” tuturnya.
Selain itu, wanita berselingkuh dipicu oleh pengaruh emosional. Biasanya akan lebih sulit pula bagi wanita untuk mengakhiri perselingkuhan tersebut. Ikatan emosional antara wanita dengan selingkuhannya juga lebih kuat dibandingkan pria dan selingkuhannya.
“Kalau kita lihat hasil penelitian sebelumnya, perselingkuhan yang dimulai atau diawali oleh sang wanita biasanya bertahan tiga kali lebih lama dibanding perselingkuhan yang dimulai oleh laki-laki,” imbuhnya.
Beberapa kali dirinya menemukan pasiennya mengalami kasus yang sama bagi wanita. Jika ia memutuskan untuk selingkuh, artinya pria idaman lain itu istimewa. Bukan hanya itu, yang jarang diketahui wanita lebih jago menyembunyikan perselingkuhannya.
“Kaum wanita juga lebih piawai menyembunyikan hubungan terlarangnya. Wanita sudah terlatih untuk berbohong sejak kecil demi menjaga perasaan orang lain. Hal yang sama tak terjadi pada pria, sehingga pria biasanya merasa lebih gugup saat berbohong,” terangnya.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPPA) Kota Makassar, Tenri A Pallalo mengatakan, banyaknya persoalan yang terjadi dalam rumah tangga, khususnya perselingkuhan, baik yang dilakukan pria maupun wanita biasanya berdampak pada terjadinya perceraian. Status janda dan duda pun kemudian melekat.
Disebutkan mantan Kabag Humas Pemkot Makassar ini, pada tahun 2015 lalu tercatat jumlah wanita yang menyandang status janda di kota ini sebanyak 10.350 orang. Perceraian yang mengantar mereka pada status itu, sebagian besar disebabkan karena kurang harmonisnya kehidupan rumah tangga.
”Untuk periode tiga bulan di tahun 2016 ini, datanya belum kami rekap semuanya. Jadi saya belum bisa mengatakan apakah terjadi peningkatan jumlah wanita yang jadi janda atau tidak. Tapi kita berharap tidak ada lagi janda,” kata Tenri, kemarin.
Data berbeda disampaikan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Makassar, Nielma Palemba. Ia menyebutkan, sebanyak 51.510 orang di Makassar berstatus sebagai single parent alias janda. Dari jumlah itu, sebanyak 40.076 orang diantaranya cerai mati, 11. 510 jiwa yang cerai hidup.
Melihat jumlah janda di Makassar yang tergolong cukup banyak, BPPPA telah menyusun program pelatihan bagi mereka. Khususnya yang bermukim di wilayah lorong.
”Kami sudah memiliki program untuk melatih perempuan ataupun janda di lorong. Seperti memberi pelatihan membuat kue tradisional, menjahit dan sebagainya. Hasilnya nanti dapat mereka jual untuk membantu perekonomian,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga akan memberikan pemahaman kepada perempuan yang ada di Makassar, khususnya mereka yang memiliki suami untuk senantiasa menjaga penampilan mereka di dalam rumah agar suami tidak memiliki niat ‘jajan’ di luar.
”Perempuan juga harus menjaga penampilan agar tetap menarik di rumah. Supaya suami yang pulang capek kerja, sampai di rumah lihat istri tetap bergairah. Itulah salah satu cara menjaga keharmonisan di dalam rumah tangga,” ujarnya sambil tersenyum. (dit-arf/rus)
Psikolog: Wanita Lebih Jago Sembunyikan Perselingkuhan
Tingkat Perceraian di Makassar Urutan Empat Indonesia

×
