TANGGAL 3 Mei 2019, Kabupaten Luwu Timur menapak usia ke-16 tahun. Jika dihitung, masihlah terbilang muda. Namun, kabupaten penghasil nikel ini telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat di hampir semua sektor. Mulai dari pendidikan, kesehatan, pertanian dalam arti luas, infrastruktur serta sektor lainnya. Termasuk pariwisata.
Demikian pula Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), mengalami peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 2017-2019 APBD Luwu Timur terus naik.
Pada tahun 2017, belanja langsung sebesar Rp618.436.300.808. Tahun 2018 sebesar Rp627.684.230.971. Tahun 2019 Rp694.191.434.932.
Sementara untuk belanja tidak langsung, pada tahun 2017 sebesar Rp925.939.102.982. Tahun 2018 meningkat menjadi Rp966.803.197.698. Tahun 2019 lalu sebesar Rp 921.083.347.328. Jika diakumulasi, total belanja langsung ditambah belanja tidak langsung tahun 2017 sebesar Rp1,544.366.403.790. Tahun 2018 sebesar Rp1.594.487.428.669, dan tahun 2019 sebesar Rp1.615.274.782.261.
Kondisi serupa terlihat pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang juga terus mengalami kenaikan. Pada Tahun 2016, PAD Luwu Timur sebesar Rp177.018.897.819,76. Di tahun 2017 meningkat menjadi Rp255.453.786.203. Tahun 2018 sebesar Rp265.025.330.840.
Dari angka tersebut, tampak bahwa PAD Luwu Timur setiap tahun mengalami peningkatan dengan rerata pertumbuhan sebesar 0,22 persen. Peningkatan tersebut bersumber dari penerimaan pajak daerah, retribusi raerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan yang sah.
Di bawah kepemimpinan Bupati HM Thorig Husler dan Wakil Bupati Irwan Bachri Syam, Luwu Timur mengalami kemajuan yang sangat pesat. Program-program pembangunan terimplementasi dengan baik dan dirasakan oleh masyarakat.
Hal ini diindikasikan dengan capaian makro pembangunan daerah. Di antaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 71,46 persen, yang menempatkan Kabupaten Luwu Timur berada di posisi keempat setelah Kota Makassar, Parepare, dan Palopo.
Selain itu, PDRB perkapita kembali mengalami peningkatan hingga mencapai Rp70,34 juta. Angka ini sekaligus menempatkan Luwu Timur pada urutan kedua setelah kota Makassar. Gini rasio Luwu Timur berada pada poin 0,398, yang menunjukkan kadar kemerataan/ketimpangan distribusi pendapatan berada pada kategori sedang.
Persentase kemiskinan Luwu Timur pada level satu digit, yakni 7,23 persen. Menunjukkan jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,43 persen dari tahun sebelumnya .
“Dengan kondisi ini, saya berkomitmen agar persentase kemiskinan berada pada angka 7 persen di akhir periode kepemimpinan saya. Melalui upaya yang komprehensif, seiring dengan membaiknya nilai tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pada angka 70,03 persen, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,58 persen” jelas Bupati Luwu Timur Thorig Husler.
Dari aspek kebijakan fiskal, kontribusi PAD dalam sektor pendapatan menunjukkan angka yang sangat menggembirakan. Yakni sebesar 18,67 persen atau setara Rp264,76 miliar.
Sedangkan dari aspek pelayanan publik, secara umum menunjukkan hasil yang cukup baik. Terlihat dari nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) berada pada angka 79,34 persen, di mana meningkat sebesar 2,86 persen dari tahun sebelumnya.
Dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Luwu Timur selama ini, sinergitas seluruh stakeholder pembangunan dalam mewujudkan visi Luwu Timur Terkemuka 2021 terjalin dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontribusi sektor swasta, masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah.
Tingkat realisasi investasi juga sangat menggembirakan. Di tahun 2018 tercatat nilai investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar Rp516.916.000.000, dan PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar $46.033.195. Selain itu, kolaborasi program-program pemberdayaan masyarakat semakin baik melalui skema CSR (PKPM), APBD, dan PPM (KPPN). (*/rus)
